PDB Indonesia Bisa Tumbuh Stabil di Semester II 2024

JAKARTA – Standard Chartered memproyeksikan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional tumbuh stabil pada paruh kedua tahun ini, dengan pertumbuhan PDB pada akhir 2024 diperkirakan mencapai 5,1 persen.

Ekonom Senior Standard Chartered Indonesia Aldian Taloputra mengatakan dalam keterangannya, Senin, 29 Juli, ekspansi fiskal yang kuat, belanja terkait pemilu, dan investasi kemungkinan akan mempertahankan pertumbuhan PDB di atas 5 persen tahun ini.

“Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,9 persen secara tahunan pada triwulan I,” ujarnya, dikutip Antara.

Meski begitu, pihaknya mencatat angka tersebut masih di bawah capaian rata-rata di era sebelum COVID-19, yakni sebesar 5 persen.

“Namun, kami melihat momentumnya akan sedikit menurun pada paruh kedua tahun ini karena pulihnya daya beli konsumen dan memudarnya dampak belanja pemilu,” kata Aldian.

Ia berpendapat, lambatnya penciptaan lapangan kerja di sektor formal dapat semakin mengurangi peningkatan konsumsi pada semester kedua.

Ia juga menyarankan perluasan industri yang dapat memberikan nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja di sektor formal, serta penurunan inflasi pangan untuk meningkatkan daya beli konsumen, terutama bagi rumah tangga berpenghasilan rendah hingga menengah.

Selain itu, pihaknya memperkirakan inflasi inti akan kembali naik di atas 2 persen pada semester kedua, didorong oleh depresiasi rupiah yang kemungkinan berdampak pada kenaikan harga impor seperti bahan bakar, pangan, dan bahan baku.

Namun, jika harga bahan bakar bersubsidi dipertahankan dan pasokan pangan dapat dipertahankan, maka upaya ini dapat membatasi pengaruh harga domestik terhadap laju inflasi.

Tak hanya inflasi, Aldian mengatakan kekhawatiran fiskal dan tekanan terhadap rupiah akhir-akhir ini berpotensi membuat dimulainya siklus penurunan suku bunga Bank Indonesia molor hingga kuartal IV 2024.

Pihaknya juga memproyeksikan Bank Indonesia hanya akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada semester II 2024, kemudian diikuti siklus pelonggaran moneter bertahap pada 2025 dan 2026.

Sementara itu, terkait investasi, ia mengemukakan sektor pengolahan mineral dengan intensitas modal tinggi saat ini masih menjadi incaran utama penanaman modal asing.

“Permintaan eksternal dapat dipertahankan di tengah membaiknya ekspor logam dan kuatnya permintaan komoditas utama Indonesia, termasuk batu bara, minyak sawit, serta minyak dan gas,” tambah Aldian.


Versi bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Arab, dan Prancis dibuat secara otomatis oleh AI. Jadi mungkin masih ada ketidakakuratan dalam penerjemahan, mohon selalu gunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama kami. (sistem didukung oleh DigitalSiber.id)



Sumber