Kelompok tani kelapa sawit Indonesia dorong pembangunan 1 juta hektar perkebunan baru di Sulawesi
  • Sebuah perusahaan minyak sawit milik negara dan asosiasi industri telah memulai pekerjaan awal untuk mendorong strategi perkebunan baru yang luas di Sulawesi, salah satu pulau terbesar di Indonesia.
  • Proposal tersebut mencakup aspirasi untuk memproduksi sejenis pupuk ramah lingkungan yang diharapkan oleh para penandatangan dokumen yang ditandatangani pada bulan Mei akan memungkinkan produsen untuk mengajukan permohonan insentif keuangan iklim, meskipun rencana tersebut menyiratkan adanya penggundulan hutan.
  • Kelompok masyarakat sipil menyampaikan kepada Mongabay Indonesia bahwa ekosistem yang rapuh di Sulawesi, yang sudah terancam oleh ledakan mineral nikel di wilayah tersebut, tidak dapat menahan perubahan lebih lanjut dalam penggunaan lahan, yang juga akan semakin mengikis kemampuan Indonesia untuk memenuhi komitmen iklim internasionalnya.

GORONTALO, Indonesia — Sebuah badan industri minyak kelapa sawit dan sebuah perusahaan milik negara mengusulkan rencana minyak kelapa sawit baru yang luas mencakup sekitar 1 juta hektar (hampir 2,5 juta hektar) perkebunan baru di seluruh pulau Sulawesi, Indonesia.

“Pertumbuhan ini tidak hanya akan meningkatkan pendapatan bagi perusahaan, tetapi juga bagi petani kecil yang menggantungkan hidup pada budidaya kelapa sawit,” kata Machmud Achmad, Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Sulsel Citra Indonesia (SCI).

SCI merupakan salah satu bentuk perusahaan milik negara yang dikenal di Indonesia dengan nama Perserodayang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. SCI mengusulkan kawasan perkebunan baru tersebut bersama dengan Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI), sebuah badan industri.

Pada tanggal 21 Mei, SCI dan GPPI menandatangani nota kesepahaman untuk berkolaborasi dalam memulai proyek yang dijuluki Sabuk Minyak Sawit Sulawesi.

Rencana sabuk kelapa sawit baru mencakup wilayah di provinsi Sulawesi Selatan seluas 100.000 hektar (247.000 are), 290.000 hektar (717.000 are) di Sulawesi Tenggara, 120.000 hektar (297.000 are) di Sulawesi Barat, dan 300.000 hektar (741.000 are) di Sulawesi Tengah, dengan Gorontalo seluas 95.000 hektar (235.000 are) dan Sulawesi Utara seluas 70.000 hektar (173.000 are).

Perusahaan minyak kelapa sawit di Indonesia, produsen minyak nabati terkemuka di dunia, membuka 30.000 hektar (74.100 hektar) hutan hujan untuk perkebunan pada tahun 2023, meningkat dari 22.000 hektar (54.400 hektar) pada tahun 2022.

Hutan di Sulawesi Tengah.
Hutan hujan di Sulawesi, tempat industri kelapa sawit tengah mendorong rencana perluasan lahan seluas 1 juta hektar. Gambar oleh Sapariah Saturi/Mongabay Indonesia.

Perkiraannya bervariasi, tetapi total area yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai sedikitnya 13 juta hektar (32 juta are), atau setara dengan luas wilayah Yunani. Sebagian besarnya telah dibangun pada abad ini dalam salah satu ledakan pertanian industri terbesar yang pernah terjadi di dunia.

Nota kesepahaman tersebut mencakup rencana investasi sekitar 1,3 triliun rupiah ($81 juta) untuk mengembangkan fasilitas hilirisasi minyak sawit, yang akan menghubungkan kawasan perkebunan dengan pabrik pengolahan pendukung.

Proposal tersebut merinci pembangunan pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 45 ton per jam, yang akan mampu memproduksi 30 juta liter (7,9 juta galon) minyak goreng per tahun. Pabrik tersebut juga akan memproduksi pupuk yang dipasarkan sebagai pupuk organik untuk sektor pertanian.

Machmud berharap proyek ini berpotensi mengubah ekonomi lokal di sebagian besar Sulawesi, menciptakan ribuan lapangan kerja dan mendukung petani kecil.

Ia juga mengatakan perusahaan publik harus dapat memperoleh pendapatan dari kredit karbon karena keyakinan bahwa pupuk yang diproduksi akan memiliki profil emisi yang lebih rendah dibandingkan dengan pupuk yang bergantung pada input dari gas alam.

Panen minyak sawit dari Suaka Margasatwa Bakiriang beberapa tahun lalu.
Kelapa sawit yang dipanen dari perkebunan di Suaka Margasatwa Bakiriang di Sulawesi beberapa tahun lalu. Gambar oleh Christopel Paino/Mongabay Indonesia.

Telapak tangan

Uli Arta Siagian, pimpinan perkebunan di Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), kelompok penekan nasional terkemuka, mengatakan rencana seluas satu juta hektar itu akan memperburuk krisis ekologi yang terjadi di sebagian besar Sulawesi akibat pertambangan.

Wilayah Maluku Timur dan Sulawesi di Indonesia saat ini tengah mengalami gangguan besar-besaran akibat industri pertambangan sebagai pusat ledakan ekstraksi nikel yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik.

Enam provinsi di Sulawesi kehilangan total 906.100 hektar (2,2 juta are) hutan tua dan 2,2 juta hektar (5,4 juta are) total tutupan pohon dari tahun 2002 hingga 23, menurut Global Forest Watch.

Uji mengatakan penggundulan hutan untuk minyak kelapa sawit yang kemudian dijual sebagai pupuk ramah lingkungan tidak boleh dianggap berlaku untuk pembiayaan iklim.

“Bagaimana mungkin pelaku usaha hilir bisa mendapatkan insentif karbon, sementara pelaku usaha hulu justru menghasilkan karbon dengan cara menebang hutan?” ungkap Uli kepada Mongabay Indonesia.

Provinsi di wilayah Sulawesi dengan kehilangan terbesar adalah Sulawesi Tengah, yang mengalami pengurangan hutan basah primer seluas 396.000 hektar (979.000 are) dan tutupan pohon seluas 813.000 hektar (2 juta are), yang menghasilkan emisi CO₂e sebesar 563 metrik ton.

“Proyek kelapa sawit seluas satu juta hektar ini bersifat eksploitatif, akan menambah beban baru, dan menghilangkan kapasitas ekologis Sulawesi untuk melindungi kehidupan masyarakat sekitar,” kata Uli.

Arie Rompas, pimpinan kehutanan di Greenpeace Indonesia, mengatakan rencana tersebut berisiko menyebabkan deforestasi besar-besaran yang tidak mampu ditanggung negara dengan anggaran karbon yang tersisa.

Presiden Joko Widodo telah berkomitmen pada Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim untuk mengurangi emisi Indonesia sebesar 31,9% pada tahun 2030, dengan mayoritas emisi diselamatkan dari perubahan sektor penggunaan lahan.

“Proyek ini berpotensi menciptakan deforestasi,” kata Arie. “Ini akan membatasi penerimaan bahan baku dan produk turunannya di pasar global.”

Ledakan minyak kelapa sawit yang diawasi oleh perusahaan regional yang tidak berpengalaman dapat memperburuk situasi yang sudah genting, katanya.

Endemik wilayah Wallacea, habitat babirusa (Babyrousa babyrussa) hanya ada di Sulawesi.
Babirusa, yang juga dikenal sebagai babi rusa, hanya ditemukan di sekelompok kecil pulau di Indonesia bagian timur. Gambar oleh Ridzki R. Sigit/Mongabay Indonesia.

Zona dampak

Sulawesi merupakan bagian dari kawasan Wallacea, zona transisi biogeografis yang kaya akan keanekaragaman hayati yang dinamai menurut naturalis Alfred Russel Wallace, yang mengidentifikasi banyak fauna dan flora uniknya pada abad ke-19.

Menurut penelitian Pusat Penelitian Kehutanan Makassar, Sulawesi merupakan rumah bagi sedikitnya 127 jenis mamalia, 79 diantaranya merupakan mamalia endemik, seperti anoa, tarsius, babirusa, beruang madu sulawesi (Sulawesi bear phalanger), dan monyet ekor panjang (Sulawesi sylvatica).Jamur Ailurops ursinus) dan tarsius Selayar (Tarsius tarsius).

Sulawesi juga memiliki 328 spesies burung, 230 diantaranya tidak bermigrasi, termasuk kakatua jambul kuning yang terancam punah (Kakatua sulfurea).

Riszki Is Hardianto, peneliti dari Yayasan Auriga Nusantara, sebuah LSM, memperingatkan bahwa proyek perkebunan kelapa sawit seluas satu juta hektar dapat berdampak buruk pada keanekaragaman hayati yang sudah terancam di Sulawesi.

“Dengan wilayah yang begitu luas, ada risiko besar terjadinya perambahan habitat spesies endemik di Sulawesi,” kata Riszki kepada Mongabay Indonesia.

Gifvents Lasimpo, direktur Yayasan Kompas Peduli Hutan (Komiu), mengatakan, sebagian besar lanskap kelapa sawit di Sulawesi saat ini dilanda konflik lahan.

Sebuah laporan tahun 2021 oleh Greenpeace dan konsultan teknologi TheTreeMap menunjukkan bahwa 3,12 juta hektar (7,7 juta hektar) perkebunan kelapa sawit, area yang setara dengan luas Belgia, telah didirikan di dalam kawasan hutan yang ditetapkan pemerintah di Indonesia, di mana pertanian komersial dilarang secara hukum.

Sepasang burung maleo sedang menggali pasir.
Burung maleo khas Sulawesi menggali lubang di pasir. Burung ini termasuk burung megapoda yang mengerami telurnya dengan cara menguburnya di dekat sumber panas bumi. Gambar oleh Eko Rusdianto/ Mongabay Indonesia.

Penelitian yang dilakukan Yayasan Komiu menemukan tiga dari 16 perusahaan kelapa sawit di Sulawesi telah merambah kawasan hutan negara, sehingga merusak habitat hewan endemik.

Agar selaras dengan komitmen iklim, pemerintah harus fokus pada agroforestri dan peningkatan produktivitas perkebunan kelapa sawit yang ada, daripada memperluas atau membuka lahan baru, kata Arie dari Greenpeace.

“Sebenarnya ada banyak peluang untuk meningkatkan produktivitas dengan strategi intensifikasi,” kata Arie.

Gambar spanduk: Buah kelapa sawit yang baru dipanen. Gambar oleh Nanang Sujana/CIFOR via Halaman Flickr (Hak Cipta © CC BY-NC-ND 2.0).

Kisah ini dilaporkan oleh tim Mongabay Indonesia dan pertama kali diterbitkan Di Sini pada kita Situs Indonesia pada tanggal 30 Juli 2024.

Pengembara laut Avatar di Indonesia memberlakukan aturan adat untuk melindungi gurita




Sumber