Mitratel Indonesia melesat pesat dengan kesepakatan Aalto, Access Evolution

Mitratel, penyedia infrastruktur menara dan fiber di Indonesia, telah bekerja sama dengan Aalto HAPS, anak perusahaan produsen pesawat terbang Eropa Airbus, untuk “menjajaki cara menyediakan solusi HAPS (stasiun platform ketinggian tinggi) komersial” di negara Asia Tenggara tersebut.

Kedua perusahaan telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk tujuan tersebut, dengan fokus pada penyediaan layanan konektivitas ke wilayah-wilayah yang disebut “3T” di Indonesia, wilayah-wilayah paling terpencil dan paling kurang berkembang di negara kepulauan yang luas ini.

Mitratel akan menguji portofolio HAPS bermerek Zephyr milik Aalto, yang menjanjikan berbagai aplikasi termasuk konektivitas langsung ke perangkat untuk “5G latensi rendah” dan layanan observasi bumi.

Menurut Aalto yang berkantor pusat di Inggris, drone Zephyr bertenaga surya dapat beroperasi pada ketinggian lebih dari 60.000 kaki (sehingga terhindar dari turbulensi cuaca dan lalu lintas pesawat) dan tampaknya dapat terbang selama berhari-hari. Rekor waktu terbang saat ini di stratosfer adalah 64 hari.

CEO Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan dia yakin kolaborasi Aalto “akan memperluas infrastruktur yang ada untuk meningkatkan akses konektivitas yang terjangkau dan efektif di seluruh wilayah 3T”.

Hartoko juga menyatakan optimismenya bahwa “jalur industri dan komersial” dapat dipetakan di Indonesia untuk HAPS dan apa yang disebutnya “sistem menara terbang”.

Samer Halawi, CEO Aalto, mengatakan perusahaan kini fokus pada “memperdalam keterlibatannya dengan Mitratel untuk membangun ekosistem HAPS yang kohesif di Indonesia”, dan bahwa Zephyr HAPS menawarkan “kemampuan yang mengubah permainan” dalam hal mengurangi jumlah “titik putih” dalam jaringan seluler.

Baik Aalto maupun Mitratel tidak menyebutkan kerangka waktu untuk penerapan komersial dalam pengumuman resmi.

Mitratel, anak perusahaan PT Telkom Indonesia, operator telekomunikasi terbesar di Indonesia, memiliki aset lebih dari 38.000 menara dan 37.000 km kabel serat optik. Perusahaan ini berkembang pesat dan mengklaim sebagai perusahaan menara terbesar di Asia Tenggara, bukan hanya di Indonesia, jika diukur dari jumlah unit menara.

Selama enam bulan hingga 30 Juni 2024, Mitratel membukukan pendapatan sebesar 4,45 triliun rupiah ($281 juta), naik 7,8% dibandingkan dengan semester pertama tahun 2023. Kinerja laba bersih yang solid membantu mendorong laba bersih lebih dari Rp1 triliun ($63 juta). Rasio penyewaan menara perusahaan pada semester pertama tahun 2024 adalah 1,52x, naik dari 1,49x pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Nota Kesepahaman Mitratel ini muncul setelah adanya komitmen terbaru dari konsorsium perusahaan Jepang untuk berinvestasi sebesar $100 juta di Aalto. Konsorsium ini dipimpin oleh NTT Docomo dan Space Compass Corp., bersama dengan Mizuho Bank Ltd. dan Development Bank of Japan. Aalto mengatakan saat itu pihaknya menargetkan peluncuran komersial pada tahun 2026.

– Ken Weiland, Redaktur Kontributor, TelecomTV

Sumber