Kereta tanpa rel buatan China akan antar jemput peserta HUT RI

Saat Indonesia merayakan Hari Kemerdekaannya yang ke-79 Sabtu ini, Indonesia tidak hanya akan memamerkan rencana ambisiusnya untuk membangun ibu kota baru yang berjarak lebih dari 1.200 kilometer dari kota Jakarta yang padat, tetapi juga teknologi kereta api tanpa rel baru yang dibangun oleh Cina.

Menurut penyelenggara, mereka yang menghadiri perayaan di Nusantara pada hari Sabtu akan diantar berkeliling dengan kereta api otonom pertama di negara ini, atau ART. Kereta tanpa rel hanyalah salah satu cara Indonesia membangun ibu kota baru yang cerdas dan hijau di Nusantara pada tahun 2045.

“Target kami adalah 80% transportasi darat menggunakan angkutan umum untuk menggerakkan mobilitas masyarakat,” kata Silvia Halim, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Otoritas IKN. IKN merupakan julukan ibu kota baru, Ibu Kota Nusantara.

Kereta tanpa rel ini juga menjadi pertanda terkini makin eratnya kolaborasi antara Indonesia dan China, mitra dagang terbesar Indonesia dan investor terbesar kedua.

Menteri Perhubungan Indonesia Budi Karya Sumadi pertama kali mengusulkan penggunaan kereta otonom China di Nusantara saat pertemuan dengan mitranya dari Tiongkok, Li Xiaopeng di Beijing Januari lalu.

Awal bulan ini, Indonesia mulai menguji coba kereta api otonom di ibu kota masa depan Indonesia. Kereta api tersebut akan beroperasi selama masa uji coba mulai dari Hari Kemerdekaan hingga 31 Desember 2024, kata pejabat Indonesia.

Teknisi dari Kementerian Perhubungan sedang memeriksa Autonomous Rail Transit. (Courtesy Kementerian Perhubungan Indonesia)

Teknisi dari Kementerian Perhubungan sedang memeriksa Autonomous Rail Transit. (Courtesy Kementerian Perhubungan Indonesia)

Sistem ART yang dapat mengemudi sendiri merupakan gabungan antara bus dan trem unit tiga atau lima gerbong dan dapat menempuh jarak 25 kilometer setelah pengisian daya selama 10 menit.

Trem sepanjang 32 meter ini menggunakan tenaga listrik dan tidak memiliki kabel udara, rel konvensional, dan masinis. Trem ini dipandu oleh garis putus-putus di jalan dan dilengkapi dengan sensor yang mengikuti rel virtual yang beradaptasi dengan lingkungan sekitar kereta.

Rangkaian kereta di Nusantara dikirim dari Qingdao, Cina, pada bulan Juli dan akan berjalan pada rute sepanjang 7 kilometer dengan kecepatan maksimum 40-70 km/jam. Trem ini dapat mengangkut hingga 250 penumpang.

Dalam uji coba di Nusantara, Presiden Joko Widodo membandingkan sistem ART dengan kenaikan biaya sistem Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT). Dalam pertemuan dengan gubernur, wali kota, dan bupati, Presiden mengatakan bahwa ART lebih murah dengan biaya sekitar 4,7 juta dolar AS per unit untuk tiga gerbong.

Indonesia mengandalkan China untuk kereta api berkecepatan tinggi pertamanya, menggantikan beberapa kereta komuter dan kini sistem ART. Penggunaan kereta otonom juga sejalan dengan rencana Indonesia untuk menjadikan Nusantara sebagai kota cerdas dan hijau.

Menteri Perhubungan Budi mengatakan bahwa ke depannya rangkaian kereta api otonom akan tetap beroperasi di Nusantara. Namun, pengoperasiannya akan menggunakan skema buy the service atau BTS. Ia juga telah mengundang pihak swasta untuk terlibat dalam proyek di Nusantara dengan membeli kereta dari China dan membiarkan pemerintah mengelola layanan tersebut.

Budi mengatakan bahwa pembangunan sistem kereta api tanpa rel di Nusantara sebagian merupakan uji coba untuk perluasan penggunaan di seluruh negeri. Hal ini juga sejalan, katanya, dengan harapan pemerintah Indonesia untuk membangun sistem angkutan umum yang efisien dan mengurangi emisi pada tahun 2045.

Kereta Api Otonom sedang diperiksa sebelum uji coba oleh teknisi Kementerian Perhubungan. (Courtesy Kementerian Perhubungan Indonesia)

Kereta Api Otonom sedang diperiksa sebelum uji coba oleh teknisi Kementerian Perhubungan. (Courtesy Kementerian Perhubungan Indonesia)

Namun, Djoko Setijowarno, seorang analis transportasi, mengatakan kepada VOA, bahwa mereplikasi sistem kereta tanpa rel di kota-kota lain bisa jadi sulit karena pemerintah harus memutuskan apakah ART diatur sebagai kendaraan jalan raya atau kereta api. Ia menambahkan bahwa pihak berwenang juga harus mempelajari bagaimana perilaku sosial di jalan raya memengaruhi penggunaan ART yang aman, terutama di daerah yang padat lalu lintas.

“Masih banyak kota di Indonesia yang belum memiliki sistem transportasi umum yang baik. Banyak orang harus bergantung pada kendaraan pribadi untuk pergi ke mana-mana. Saya kira kita tidak boleh membebani anggaran negara dengan pengadaan kendaraan rel otonom yang mewah dan mahal terlebih dahulu, tetapi lebih baik membangun sistem Bus Rapid Transit yang lebih terjangkau bagi pemerintah daerah,” kata Djoko kepada VOA dalam wawancara daring.

Kereta tanpa rel bukanlah satu-satunya cara China berpartisipasi dalam rencana Indonesia untuk ibu kota masa depannya.

Sejak 2023, Shenzen City telah terlibat dalam perencanaan desain dengan Otoritas Ibu Kota Nusantara. Menurut Basuki Hadimuljono, penjabat kepala Otoritas Ibu Kota Nusantara, Tiongkok juga berencana untuk lebih banyak berinvestasi dalam pembangunan perumahan, hotel, dan gedung perkantoran.

Sumber