Banyak pihak mengeluhkan mahalnya harga tiket pesawat domestik di Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan harga tiket pesawat di Indonesia merupakan yang termahal kedua di dunia.
Dalam akun Instagram pribadinya, Luhut menjelaskan bahwa harga tiket pesawat di Indonesia hanya kalah dari Brasil. Sementara itu, di ASEAN, Indonesia menjadi negara dengan rata-rata harga tiket pesawat termahal.
“Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dan negara-negara berpenduduk padat, harga tiket pesawat Indonesia merupakan yang termahal kedua setelah Brasil,” kata Luhut.
Menurut Luhut, harga tiket pesawat di Indonesia sangat mahal akibat melonjaknya aktivitas penerbangan pasca-COVID-19.
“Mahalnya harga tiket pesawat akhir-akhir ini banyak dikeluhkan masyarakat, penyebabnya karena aktivitas penerbangan global sudah pulih 90 persen dibandingkan sebelum pandemi,” kata Luhut.
Data dari Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) menunjukkan bahwa akan ada 4,7 miliar penumpang global pada tahun 2024. Angka ini 200 juta lebih banyak dari tahun 2019.
Keluhan mengenai mahalnya harga tiket pesawat domestik di Indonesia sudah banyak disuarakan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir, terutama pada masa liburan.
Menjelang libur panjang Waisak 2024 misalnya, netizen menyuarakan keresahannya di media sosial atas berbagai temuan harga tiket pesawat domestik. Mereka menyebut harganya “luar biasa tidak bersahabat”.
Salah satu pengguna X yang sebelumnya menggunakan Twitter membagikan pengalamannya mengenai tiket dalam negeri yang harganya lebih mahal dibanding tiket luar negeri.
Ia menemukan tiket pesawat dengan rute Pekanbaru-Medan seharga Rp1,5 juta, jauh lebih mahal dibanding tiket pesawat ke Kuala Lumpur yang hanya membutuhkan Rp200 ribu.
Namun, klaim Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebutkan harga tiket pesawat di Indonesia merupakan yang termahal kedua setelah Brasil dibantah pengamat penerbangan Gerry Soejatman.
Ia malah mengungkap fakta sebaliknya, bahwa harga tiket pesawat Indonesia lebih mudah dibanding negara lain.
“Berdasarkan random complex yang terbatas tadi, harga tiket pesawat di Indonesia memang lebih murah dibanding negara lain,” kata Gerry mengutip Kompas.
Gerry membandingkan harga tiket pesawat domestik di Indonesia dengan tiket domestik di negara lain seperti Brasil, Amerika Serikat (AS), Italia, dan Argentina.
Misalnya, penerbangan Jakarta-Denpasar, Bali, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 50 menit, harga tiketnya dibanderol Rp1,05 juta. Sementara itu, penerbangan domestik di Brasil dari Rio de Janeiro-Sao Paulo dengan waktu tempuh lebih singkat, yakni 1 jam 5 menit, harga tiketnya Rp3,38 juta.
“Brasil itu mahal, benar-benar memakainya,” katanya.
Seluruh harga yang disebutkan merupakan harga tiket yang dijual oleh salah satu online travel agent (OTA) untuk keberangkatan Kamis, 25 Juli 2024.
Bahkan harga tiket pesawat ke luar negeri belum termasuk harga minimal bagasi sebesar Rp300 ribu. Seperti diketahui, harga tiket pesawat di Indonesia umumnya sudah termasuk bagasi seberat 10-20 kg.
“Jadi Anda bilang harga (tiket pesawat) Indonesia kedua paling mahal, dasarnya dari mana?” ujarnya.
Harga tiket pesawat yang mahal berdampak pada sektor pariwisata dalam negeri, seperti Bali yang menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Fenomena harga tiket pesawat yang mahal mendorong para pelancong memilih menggunakan kendaraan pribadi dengan alasan dapat menekan pengeluaran. Namun di sisi lain, hal ini justru menimbulkan kemacetan di tempat tujuan.
Selain itu karena menggunakan moda transportasi kendaraan pribadi maka memperpendek waktu tinggal wisatawan sehingga berdampak pada pengeluaran di destinasi wisata.
“Karena harga tiket pesawat mahal, wisatawan dari luar Bali menggunakan mobil pribadi ke Bali dan menimbulkan kemacetan,” kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Karangasem, I Wayan Kariasa.
“Wisatawan yang hendak berlibur tiga hingga empat malam, terpangkas dengan perjalanan menggunakan mobil sehingga waktu tinggalnya pun ikut berkurang,” imbuh Kariasa.
Upaya pemerintah gencar mempromosikan pariwisata dalam negeri dengan Gerakan Bangga Berwisata di Indonesia sehingga terlihat kontradiktif menyusul harga tiket pesawat yang selangit.
Seperti diketahui, Sandiaga Uno baru-baru ini mencanangkan gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) dan Bangga Berwisata di Indonesia (BBWI). Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara ke destinasi-destinasi di Tanah Air.
Kariasa menilai slogan tersebut sia-sia karena masyarakat cenderung bepergian ke luar negeri karena harga tiketnya lebih murah.
“Slogan-slogan yang terus disampaikan mengajak kita untuk berlibur ke Indonesia akan sia-sia, jika tiket pesawat domestik mahal, karena mereka lebih memilih berlibur ke luar negeri,” Kariasa mengingatkan.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno memastikan pemerintah telah membentuk satuan tugas atau task force penurunan harga tiket pesawat. Hal ini dilakukan sebagai upaya menciptakan harga tiket pesawat yang lebih efisien di Indonesia.
Kariasa mengapresiasi langkah pemerintah membentuk satuan tugas (satgas) untuk menurunkan harga tiket pesawat. Ia berharap program tersebut tidak bersifat sementara karena masyarakat butuh solusi jangka panjang karena ini berkaitan dengan ekonomi masyarakat.
“Kalau menurut saya bagus, masalahnya, hal-hal seperti ini kan sudah terbentuk dari masa lalu. Padahal yang dibutuhkan adalah pengendalian terhadap keberlanjutannya agar tidak saling merugikan,” pungkasnya.
Versi bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Arab, dan Prancis dibuat secara otomatis oleh AI. Jadi mungkin masih ada ketidakakuratan dalam penerjemahan, mohon selalu gunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama kami. (sistem didukung oleh DigitalSiber.id)