Indonesia dan Australia menyelesaikan pakta pertahanan yang 'penting' | Berita Militer

Langkah tersebut dilakukan saat presiden terpilih Indonesia Prabowo Subianto bersiap untuk menjabat akhir tahun ini.

Australia dan Indonesia telah menyelesaikan pakta pertahanan baru, yang memperkuat hubungan yang lebih erat antara kedua negara saat Prabowo Subianto bersiap untuk menjabat sebagai presiden Indonesia berikutnya pada bulan Oktober.

Rincian perjanjian pertahanan, yang telah disusun sejak Februari 2023, belum diumumkan. Perjanjian ini diyakini mencakup ketentuan untuk latihan militer bersama, penempatan di masing-masing negara, dan kerja sama maritim yang lebih besar di wilayah yang disengketakan. Laut Cina Selatan.

Prabowoyang saat ini menjabat menteri pertahanan tetapi akan menjadi pemimpin negara demokrasi terbesar ketiga di dunia pada tanggal 20 Oktober, saat ini sedang dalam kunjungan resmi dua hari ke Australia.

Kesepakatan tersebut akan resmi ditandatangani dalam beberapa hari ketika Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengunjungi Jakarta.

Berbicara kepada wartawan di Gedung Parlemen Australia di Canberra setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Anthony Albanese, Prabowo menggambarkan kesepakatan tersebut sebagai “hasil yang sangat baik”, seraya menambahkan bahwa kesepakatan tersebut akan “menguntungkan kedua negara kita di masa mendatang”.

Ia juga menyatakan keinginannya untuk kerja sama yang lebih besar dengan Australia dalam berbagai isu di luar pertahanan, termasuk ekonomi, ketahanan pangan, pertanian, dan pemberantasan perdagangan narkoba internasional.

“Kami ingin melihat lebih banyak partisipasi Australia dalam perekonomian kami,” katanya. “Saya bertekad untuk melanjutkan hubungan bertetangga yang baik ini… Australia memainkan peran yang sangat penting bagi kami.”

Pernyataan Departemen Pertahanan Australia mengatakan Albanese dan Marles bertemu Prabowo dan membahas “komitmen berkelanjutan Australia untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam prioritas ekonomi, keamanan, dan transisi nol bersih bersama”.

Marles menggambarkan pakta pertahanan tersebut sebagai salah satu perjanjian paling signifikan yang pernah dinegosiasikan antara kedua negara, dan mengatakan bahwa kedua negara “bekerja lebih erat satu sama lain dibandingkan sebelumnya”.

“Kesepakatan ini akan memberikan interoperabilitas yang jauh lebih besar antara angkatan pertahanan kita, menyediakan lebih banyak latihan antara angkatan pertahanan kita, bekerja sama di ranah global untuk mendukung tatanan berbasis aturan, dan yang terpenting, memungkinkan kita untuk beroperasi dari negara masing-masing,” ujarnya kepada wartawan.

“Dalam hal ini, perjanjian ini akan menjadi perjanjian terdalam dan paling signifikan yang pernah dibuat oleh kedua negara kita.”

Minat yang lebih kuat dalam urusan luar negeri diantisipasi di bawah Prabowo, seorang mantan komandan pasukan khusus di militer Indonesia, daripada di bawah Presiden Joko Widodo yang lengser, yang tidak pernah menghadiri Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York dan jarang melakukan wawancara dalam bahasa selain bahasa Indonesia.

Namun, masih ada kekhawatiran mengenai catatan hak asasi manusia Prabowo. Mantan menantu Soeharto yang berusia 72 tahun, presiden otoriter Indonesia yang berkuasa lama antara tahun 1967-98, dipecat dari militer pada tahun 1998 karena menculik aktivis mahasiswa.

Prabowo juga didakwa atas tuduhan kekejaman di Timor Timur pada tahun 1983, yang saat itu diduduki Indonesia setelah sebuah laporan yang disponsori PBB menuduhnya memimpin pembantaian terhadap 200 pria Timor. Prabowo membantah tuduhan tersebut.

Daniela Gavshon, direktur Human Rights Watch Australia, meminta Albanese untuk menekan Prabowo tentang catatan hak asasi manusia Indonesia yang bermasalah, termasuk tentang kebebasan beragama dan hak-hak LGBTQ.

“Para pemimpin Australia tidak boleh membiarkan catatan pelanggaran HAM Prabowo yang mengerikan menghalangi mereka untuk menyuarakan keprihatinan HAM saat ini,” katanya. “Mereka harus menekankan bahwa presiden baru memiliki kesempatan penting untuk memulihkan posisi Indonesia terkait Papua Barat dan isu HAM lainnya.”

Sumber