Ukuran teks
Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto, menjanjikan “kompromi dan kolaborasi” saat mengunjungi Papua Nugini pada hari Rabu, pertanda terkini dari menghangatnya hubungan antara kedua negara tetangga yang terkadang bermusuhan tersebut.
Indonesia dan Papua Nugini berbagi perbatasan darat sepanjang 800 kilometer (500 mil) yang telah menjadi sumber berbagai perselisihan selama bertahun-tahun.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, pasangan ini akhirnya menerapkan perjanjian keamanan perbatasan yang sebelumnya dianggap mustahil.
“Faktanya, kita adalah tetangga yang sangat dekat. Kita pada dasarnya adalah saudara kembar siam,” kata Prabowo dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Papua Nugini James Marape.
“Kita bersatu dan kita seharusnya menjadi seperti saudara sejati.”
Prabowo, yang memuji upacara penyambutannya yang “indah”, mengatakan kedua negara harus bekerja sama lebih erat di bidang-bidang seperti pertahanan, pendidikan, dan perdagangan.
“Tradisi Indonesia adalah kita ingin menyelesaikan semua masalah dengan kompromi dan kolaborasi,” tambah Prabowo, yang akan dilantik pada bulan Oktober.
Papua Nugini awal tahun ini meratifikasi perjanjian kerja sama pertahanan yang telah lama diabaikan dengan Indonesia, hampir 14 tahun setelah pertama kali dibicarakan.
Perjanjian ini menetapkan persyaratan bagi keduanya untuk bersama-sama menjaga perbatasan yang membelah pulau Nugini.
Bagian barat pulau tersebut, atau wilayah yang disebut Papua, telah berada di bawah kendali Indonesia sejak awal tahun 1960-an.
Gerakan Papua Merdeka yang pro-kemerdekaan telah melancarkan pemberontakan tingkat rendah dengan militer Indonesia selama beberapa dekade.
Senjata, narkoba, dan orang mengalir bebas melintasi perbatasan yang keropos, yang melintasi lanskap pegunungan dan hutan lebat yang hampir mustahil untuk dipatroli.
sft/djw/mtp