Indonesia hancurkan impor ilegal senilai ,3 juta, tumpas ekonomi bawah tanah

Ponsel, panci dan wajan listrik, serta mesin cuci mobil termasuk barang senilai $1,3 juta yang dimusnahkan pada hari Senin oleh Kementerian Perdagangan Indonesia di Jawa Barat. Minuman beralkohol dengan kandungan etil alkohol atau etanol berkisar antara 5% hingga 20% juga dimusnahkan.

Kementerian tersebut menghancurkan barang-barang tersebut sebagai bagian dari tindakan keras pemerintah terhadap impor ilegal, masalah utama yang menurut para ahli berasal dari ketidaksiapan Indonesia terhadap Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-Tiongkok yang ditandatangani 15 tahun lalu.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan barang-barang tersebut tidak mematuhi peraturan negara dan tidak memiliki laporan surveyor, nomor pendaftaran barang, atau persetujuan impor, dan melebihi kuota impor atau gagal memenuhi standar nasional Indonesia.

Ini merupakan operasi ketiga yang dilakukan Kementerian Perdagangan, setelah sebelumnya dilakukan operasi di kawasan penyimpanan pabean dan cukai Cikarang, Jawa Barat dan di Pelabuhan Cengkareng, Jakarta.

Pada tanggal 6 Agustus, Kementerian Perdagangan mengungkapkan bahwa impor ilegal senilai $2,9 juta ditemukan di fasilitas Cikarang. Kementerian Perdagangan menyita 20.000 gulung tekstil. Kepolisian Nasional menyita 1.883 bal pakaian bekas, sementara petugas bea cukai di pelabuhan Tanjung Priok menyita 3.044 bal pakaian bekas. Selain itu, ratusan karpet, handuk, kosmetik, alas kaki, dan lebih dari 6.500 barang elektronik disita.

Sejak dibentuk pada bulan Juli, Satuan Tugas Antiimpor Ilegal telah menyelidiki skema impor ilegal, mengumpulkan data, dan menyita barang-barang ilegal.

Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia, Wahyu Widada, mengatakan, “Impor ilegal tidak hanya merugikan negara dalam hal kehilangan pendapatan, tetapi juga berdampak pada pengusaha skala kecil dan menengah.”

Kendaraan pengangkut barang berisi ribuan tekstil disita Kementerian Perdagangan. (Courtesy Kementerian Perdagangan Indonesia)

Kendaraan pengangkut barang berisi ribuan tekstil disita Kementerian Perdagangan. (Courtesy Kementerian Perdagangan Indonesia)

Mohammad Faisal, direktur eksekutif Pusat Reformasi Ekonomi, menghubungkan masalah saat ini dengan ketidaksiapan Indonesia saat menandatangani Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-Tiongkok 15 tahun lalu.

“Industri dalam negeri Indonesia belum siap bersaing dengan produk-produk kompetitif China di pasar lokal. Indonesia memiliki pasar domestik yang besar dan hambatan perdagangan yang sangat rendah saat itu. Bukan hanya hambatan tarif, hambatan non-tarif juga sangat terbatas. Itulah sebabnya mengapa pemasok asing mudah masuk ke pasar Indonesia,” kata Faisal.

Menurut data terkini dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), sekitar 50% tekstil dan produk tekstil impor tidak terdaftar. Itu berarti negara kehilangan $399 juta dari pajak dan bea cukai yang belum dibayarkan.

Pada tahun 2022, Tiongkok mengekspor tekstil senilai $3,95 miliar ke Indonesia, tetapi hanya $2,04 miliar impor tekstil Tiongkok yang tercatat. Secara keseluruhan, kerugian finansial tersebut setara dengan potensi terciptanya 67.000 lapangan kerja dan lebih dari $762 juta dalam produk domestik bruto. PDB Indonesia pada tahun 2023, menurut Bank Dunia, adalah $1,37 triliun.

Zulkifli mengatakan salah satu kendala utama pemberantasan impor ilegal adalah adanya ekonomi bawah tanah. Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengatakan hampir 30% hingga 40% barang yang dijual di pasar Indonesia masuk dalam ekonomi bawah tanah sehingga negara tidak menerima pajak atas barang-barang tersebut.

Tumpukan pakaian bekas yang disita oleh detektif polisi yang tergabung dalam Satgas Anti-Impor Ilegal. (Courtesy Kementerian Perdagangan Indonesia)

Tumpukan pakaian bekas yang disita oleh detektif polisi yang tergabung dalam Satgas Anti-Impor Ilegal. (Courtesy Kementerian Perdagangan Indonesia)

Akibatnya, Zulkifli menambahkan, rasio pajak Indonesia lebih rendah dibandingkan negara maju Asia lainnya seperti Korea Selatan, Jepang, dan China.

“Bayangkan kalau kita mengirim barang impor ilegal ke Korea Selatan atau Cina. Jangan harap itu terjadi, itu tidak mungkin. Itu sebabnya negara-negara ini bisa menjadi negara maju. Kalau “rumah” kita terus dibobol, bagaimana kita bisa maju?” katanya.

Zulfkli mengumumkan pada akhir Juni sebuah rencana untuk mengenakan tarif tinggi hingga 200% pada beberapa produk. Rencana tersebut, yang masih dalam peninjauan, awalnya diumumkan sebagai bea masuk atas barang-barang China, tetapi menteri tersebut mengatakan kemudian bea masuk akan berlaku untuk semua negara.

Asosiasi Ritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia telah mendeteksi toko-toko yang diduga menjual barang-barang impor ilegal secara daring di seluruh Sumatera Utara hingga Jawa Timur, dan beberapa telah membuka toko di pusat perbelanjaan grosir Jakarta.

Budihardjo Iduansjah, ketua asosiasi tersebut, mengatakan, “Para pengusaha Tionghoa ini menyimpan barang dagangannya di gudang lokal dan menjualnya secara daring. Namun, kini banyak yang mulai berjualan di toko-toko, termasuk di Pusat Perdagangan Internasional.”

Selama kunjungan ke toko-toko yang diduga menjual barang impor ilegal dari China, VOA menemukan pakaian dengan label bertuliskan bahasa Mandarin yang dijual seharga $1 per potong. Seorang penjual di sana mengakui bahwa ia dan banyak penjual lainnya menjual barang mereka secara daring dan mengirimkan pakaian tersebut dalam jumlah besar ke pengecer di seluruh negeri.

Pakaian murah dipajang pada manekin di pusat perbelanjaan di distrik Tanah Abang di Indonesia. (Courtesy Kementerian Perdagangan Indonesia)

Pakaian murah dipajang pada manekin di pusat perbelanjaan di distrik Tanah Abang di Indonesia. (Courtesy Kementerian Perdagangan Indonesia)

Zulkifli mengklaim, penyidikan yang dilakukan satuan tugasnya telah menyebabkan banyaknya warga negara asing (WNA) yang diduga terlibat impor ilegal kabur.

Ia berencana bekerja sama dengan universitas untuk meneliti akar penyebab impor ilegal. Ia yakin bahwa tindakan keras terhadap impor ilegal akan terus berlanjut di bawah Presiden terpilih Prabowo Subianto, yang akan dilantik pada bulan Oktober.

Sumber