Indonesia akan meluncurkan sistem pelacakan nikel dan timah daring minggu depan – ThePrint – ReutersFeed

Oleh Fransiska Nangoy dan Bernadette Christina
JAKARTA (Reuters) – Indonesia akan meluncurkan sistem pelacakan daring minggu depan untuk pengiriman nikel dan timah guna meningkatkan pendapatan pemerintah dan meningkatkan tata kelola pertambangan, kata wakil menteri koordinator pada hari Kamis.

Sistem pelacakan yang akan diluncurkan pada hari Senin, yang dikenal sebagai SIMBARA, pertama kali diterapkan pada batubara pada tahun 2022 dan negara kaya sumber daya tersebut telah berencana untuk memperluas penerapannya ke mineral lain yang diproduksinya.

Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia dan salah satu produsen timah terbesar di dunia. Dengan menggunakan SIMBARA, pemerintah akan dapat melacak nikel dan timah dari tambang hingga ke pabrik peleburan dalam negeri.

“Perusahaan peleburan harus mendaftarkan tempat pembelian nikelnya dan lokasi tambangnya,” kata Septian Hario Seto, Wakil Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, dalam sebuah wawancara.

Pabrik peleburan tidak akan diizinkan membongkar kiriman bijih dari tambang yang belum membayar royalti. Sistem tersebut berhasil meningkatkan pendapatan pemerintah di sektor batu bara, kata Seto kepada Reuters, dan berharap melihat peningkatan serupa di sektor nikel dan timah.

Sistem SIMBARA juga akan dihubungkan dengan catatan digital kuota pertambangan milik pemerintah, yang dikenal sebagai RKAB. Sistem ini memungkinkan para penambang untuk melacak berapa banyak kuota produksi yang tersisa bagi seorang penambang untuk periode tersebut dan untuk memberi tahu pihak berwenang jika terjadi perbedaan dalam data produksi dan penjualan, imbuhnya.

Seorang pejabat senior mengatakan Jakarta akan menerapkan sistem tersebut pada mineral lain seperti bauksit dan tembaga, tetapi waktunya akan diputuskan kemudian, setelah sistem pelacakan nikel dan timah berjalan lancar.

(Laporan Fransiska Nangoy dan Bernadette Christina Munthe)

Penafian: Laporan ini dibuat secara otomatis dari layanan berita Reuters. ThePrint tidak bertanggung jawab atas isinya.

Sumber