Gereja di PNG pimpin perlawanan terhadap kekerasan terkait tuduhan sihir

Mavis Tito, Direktur Nasional Caritas Papua Nugini, berbicara kepada Vatican News tentang pekerjaan organisasi tersebut di negara tersebut, khususnya pendiriannya terhadap kekerasan berdasarkan tuduhan sihir.

Oleh Bezawit Bogale dan Claudia Torres

Paus Fransiskus baru saja tiba di Papua Nugini, negara kepulauan Pasifik yang paling padat penduduknya.

Di Port Moresby, ibu kota negara tersebut, Claudia Torres berbicara dengan Mavis Tito, Direktur Nasional Caritas negara tersebut.

Hampir semua orang Papua beragama Kristen, tetapi hanya sekitar 30% yang beragama Katolik. Ibu Tito menjelaskan bahwa Caritas PNG bekerja sama dengan denominasi agama lain, menjalankan program Kemitraan Gereja, serta program antaragama dengan komunitas Muslim.

Kekerasan terkait tuduhan sihir (SARV)

Menurut Tito, kekerasan terkait tuduhan Sihir merupakan masalah besar di Papua Nugini, yang berdampak pada perempuan rentan, khususnya janda, ibu tunggal, kaum muda, dan orang yang sangat tua.

Tito menjelaskan, banyak pelaku yang terpengaruh alkohol atau ganja (narkoba yang tumbuh alami di dataran tinggi Papua), dan menyasar perempuan yang “tidak punya sistem pendukung, tidak punya suami, tidak punya siapa pun yang membela mereka.”

Selain itu, katanya, serangan ini bermula dari rasa frustrasi para pelaku terkait pengangguran dan tidak adanya layanan penting seperti sekolah dan bangunan pemerintahan di komunitas mereka.

Tito mencatat bahwa Gereja Katolik di PNG, khususnya di Keuskupan Wabag, berada di garis depan dalam memerangi SARV. Di sana, Uskup Justin Ain Soongie, Uskup Pembantu Keuskupan, mengorganisasikan “gerakan besar” kaum muda untuk melawan bentuk kekerasan terhadap perempuan ini.

“Dia melatih mereka,” kata Tito, “dan mengirim pemuda untuk memberikan ceramah di masyarakat.” Pendekatan ini cukup berhasil, kata Tito: “seiring berjalannya waktu, kami melihat adanya penurunan laporan tentang SARV dan kami berharap hal ini akan terus berlanjut.”

Kerendahan hati Paus

Tito juga menekankan bahwa biaya hidup merupakan masalah nyata di PNG: “Negara ini sedang mengalami inflasi saat ini, sehingga biaya barang dan jasa pun meningkat.”

Memperhatikan akomodasi dan sarana transportasi sederhana yang dipilih Paus selama kunjungannya, Tito menambahkan bahwa “banyak orang sedang berjuang saat ini dan saya sangat rendah hati bahwa Bapa Suci menyadari hal itu.”

Sumber