Paus tinggalkan Indonesia dengan 7 orang di penjara: mereka berencana menyerangnya – ZENIT

(ZENIT News/Jakarta, 09.06.2024).- Dalam perkembangan dramatis selama perjalanan bersejarah Paus Fransiskus ke Indonesia, pihak berwenang menangkap tujuh orang di beberapa kota pada tanggal 2 dan 3 September, mengungkap rencana yang gagal yang dapat menggagalkan kunjungan Paus. Penangkapan yang dilakukan di Jakarta, Bogor, dan Bekas itu bermula dari penyelidikan atas dugaan ancaman kekerasan yang ditujukan untuk mengganggu misi Paus dalam mempromosikan dialog dan perdamaian antaragama.

Kolonel Aswin Siregar, juru bicara kepolisian Indonesia, membenarkan bahwa satuan antiteror negara, Densus 88, telah mengungkap ancaman yang beredar di media sosial sebagai protes terhadap kehadiran Paus. Meskipun tujuh tersangka kini ditahan, masih belum jelas apakah mereka bertindak sebagai bagian dari sel teroris terkoordinasi atau secara independen. Namun, penangkapan tersebut menyoroti ketegangan mendasar seputar kunjungan Paus, yang secara luas dipandang sebagai momen penting dalam memupuk toleransi beragama.

Terungkapnya Senjata dan Kaitannya dengan Teroris

Salah satu orang yang ditangkap ditemukan membawa barang bukti yang mengganggu—busur, anak panah, dan pesawat nirawak, beserta materi propaganda ISIS. Tersangka ini juga diyakini terkait dengan penusukan mantan Menteri Keamanan Indonesia, Wiranto, oleh para ekstremis Islam pada tahun 2019. Pihak berwenang yakin bahwa ideologi ekstremis yang sama mungkin telah mengilhami rencana untuk menyerang Paus.

Ketegangan semakin parah ketika pemerintah Indonesia membuat keputusan kontroversial untuk menangguhkan penyiaran umum azan saat kunjungan Paus ke Masjid Istiqlal di Jakarta, yang merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara. Bagi sebagian ekstremis, tindakan ini dianggap sebagai penghinaan, yang memicu dugaan ancaman.

Paus Fransiskus Melanjutkan Misi Damai

Meskipun ada perkembangan yang mengkhawatirkan, Paus Fransiskus tetap melanjutkan rencana perjalanannya tanpa gentar. Pada tanggal 5 September, ia bertemu dengan Imam Besar Masjid Istiqlal, sebuah gerakan simbolis persatuan antar agama. Bersama-sama, kedua pemimpin agama tersebut menandatangani deklarasi bersama yang mempromosikan toleransi beragama dan pengelolaan lingkungan. Pesan mereka menekankan perlunya kerja sama melawan kekerasan dan dehumanisasi, mendesak umat beriman untuk menolak manipulasi agama sebagai pembenaran untuk melakukan kejahatan.

Deklarasi tersebut juga mengutuk penggunaan agama sebagai alat untuk memecah belah, dengan menyoroti kerentanan perempuan, anak-anak, dan orang tua dalam konflik yang dipicu oleh ekstremisme agama. Paus Fransiskus dan Imam Besar menggarisbawahi pentingnya solidaritas dalam memerangi ketidakadilan ini, sekaligus menyerukan kepada komunitas agama global untuk bersatu melawan ketidakpedulian dan kekerasan.

Ancaman Ekstremisme yang Masih Ada di Indonesia

Sebagai negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, Indonesia telah bergulat dengan kekerasan Islam radikal selama bertahun-tahun. Pengeboman Bali tahun 2002, yang menewaskan lebih dari 200 orang, menjadi pengingat menyakitkan akan ancaman abadi yang ditimbulkan oleh ekstremisme di wilayah tersebut. Konspirasi baru-baru ini terhadap Paus merupakan pengingat lain bahwa bahaya ini masih ada.

Namun, pesan Paus, yang digaungkan oleh Imam Besar, mengandung nada penuh harapan. Kedua pemimpin menegaskan bahwa agama harus menjadi kekuatan bagi martabat manusia dan bahwa iman harus membuka jalan menuju perdamaian, rekonsiliasi, dan rasa hormat terhadap kehidupan dalam segala bentuknya.

Penggagalan rencana ini merupakan kemenangan bukan hanya bagi pasukan keamanan, tetapi juga bagi prinsip-prinsip dialog dan kerja sama yang menjadi dasar kunjungan Paus. Pesan toleransi yang disampaikan oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar bersinar sebagai mercusuar harapan di tengah dunia yang kompleks dan sering kali penuh kekerasan, mengingatkan semua orang bahwa persatuan itu mungkin, bahkan dalam menghadapi kesulitan.

Terima kasih telah membaca konten kami. Jika Anda ingin menerima berita email harian ZENIT, Anda dapat berlangganan gratis melalui tautan ini.

Dapat dicetak, PDF & Email

Sumber