Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membocorkan cerita? Drama Henrik Ibsen tahun 1879, “A Doll's House”, masih menjadi perbincangan hangat hampir 150 tahun kemudian, dan adegan terakhirnya tetap menjadi momen ikonik dalam sejarah teater. Namun, akan sangat disayangkan jika akhir cerita dibocorkan untuk penonton yang baru pertama kali menontonnya, jadi berhati-hatilah: Ada banyak spoiler di depan mata.
Oke, sekarang tentang “bantingan pintu yang terdengar di seluruh dunia.” Di awal cerita, “Rumah Boneka” menampilkan beberapa pernak-pernik drama rumah tangga era Victoria, tetapi drama tersebut berubah drastis ketika Nora memutuskan bahwa dia tidak akan lagi menerima perilaku patriarki suaminya yang sombong dan melakukan perpisahan yang dramatis. Akhir cerita tersebut menimbulkan kehebohan di masa lalu, karena Ibsen beralih dari romantisme yang sopan ke kebenaran yang lebih suram.
Adaptasi baru dari “Rumah Boneka” dari penulis naskah Amy Herzog menjadi lebih ramping dan kejam. Dipentaskan perdana di Broadway tahun lalu, Herzog memangkas drama tersebut dari tiga jam menjadi dua jam, memperketat alur cerita, dan memperkuat drama rahasia Nora yang nyaris tak terungkap.
Dan set untuk produksi Broadway itu juga dipreteli—panggung kosong dengan beberapa kursi yang diletakkan di latar belakang yang gelap gulita. Jika drama Ibsen bergeser dari romantisme ke realisme, produksi baru itu mendorong “Rumah Boneka” ke ranah modern yang lebih gelap.
Pementasan yang menegangkan dan sederhana
Terinspirasi oleh produksi itu, Crescent City Stages mempersembahkan pemutaran perdana regional adaptasi Herzog dari “A Doll's House” disutradarai oleh Jana Mestecky, di Teater Marquette Universitas Loyola. Perusahaan ini menyajikan risalah yang menegangkan dan sederhana tentang cinta dan pernikahan yang berjalan panas dan dingin, yang pada akhirnya menghasilkan akhir yang megah dari drama tersebut.
Sebelum pintu dibanting, “Rumah Boneka” berkisah tentang kecerobohan Nora. Bertahun-tahun sebelumnya, saat suaminya Torvald sedang sakit, Nora mendatangi rentenir untuk mendapatkan sejumlah uang. Karena dia membutuhkan seorang pria untuk ikut menandatangani, dan karena dia tidak ingin suaminya tahu tentang pinjaman itu, Nora secara ilegal memalsukan tanda tangan mendiang ayahnya.
Sekarang sudah pulih sepenuhnya, Torvald bekerja di bank dengan pemberi pinjaman Nora yang tidak bermoral yang mengancam akan membocorkan rahasia dan menghancurkan rumah tangganya yang bahagia jika dia tidak meyakinkan suaminya untuk memberinya promosi.
Desain panggung (oleh Michael A. Newcomer) sangat mencolok dan minimalis, panggung hitam dengan rumah pasangan itu hanya tampak dari rangka kayu polos. Efeknya meresahkan, karena rumah keluarga kelas atas yang ditata apik itu digambarkan gelap dan kosong.
Kostumnya agak sesuai dengan zamannya dan tidak berubah, bahkan ketika karakternya seharusnya berubah, dan anak-anak di rumah itu hanya muncul sebagai suara-suara tanpa tubuh yang menyeramkan. Alat peraga—seperti sekotak kue atau cerutu yang bagus—ditirukan oleh para aktor di panggung kosong yang dipenuhi beberapa kursi berbantalan keras yang tidak nyaman.
Suasana yang tidak menyenangkan
Sementara Ibsen menunggu hingga babak terakhir lakon untuk menarik karpet dari bawah penonton, produksi modern ini sama sekali tidak peduli dengan karpet. Hasilnya mirip dengan film thriller psikologis, karena lakon yang polos ini menyoroti utang Nora yang membara, tindakan pemerasan yang jahat, dan ketakutannya yang meningkat untuk ketahuan.
Suasana yang tidak menyenangkan itu diselingi dengan kilatan cahaya dingin yang tepat waktu dan desain suara mekanis yang menderu dan berdentang (Zak Lanius, Amara Skinner).
Nada gelapnya merusak kesan keintiman, lebih menyukai ketakutan dan firasat buruk, dan penampilan pun mengikuti hal yang sama. Sebagai Nora, Elizabeth Newcomer sering kali menunjukkan kesan naif dan acuh tak acuh, tidak seperti istri Stepford atau salah satu pelayan Margaret Atwood.
Suaminya di dunia nyata, Michael A. Newcomer, memerankan Torvald sebagai seorang yang sok suci dan suka merendahkan orang lain. Alih-alih menjalin hubungan yang serasi, pasangan ini justru memancarkan semacam kehidupan yang Darwinian.
Pintu dibanting
Pemeran yang kuat juga meliputi Doug Spearman sebagai rentenir yang mengancam Krogstad dan Sue Jin Song sebagai janda keras Kristine, yang merupakan lawan dari hak istimewa Nora. Yang lebih mempertegas kesan kerja keras yang suram adalah Douglas Scott Streater sebagai Dr. Rank yang sakit dan tertekan dan Rachel Whitman Groves sebagai Anne-Marie, pengasuh yang dulunya miskin yang menyerahkan anaknya sendiri untuk merawat Nora.
Di New York, produksi ulang “A Doll's House” memecah belah penonton, dan produksi ini kemungkinan akan melakukan hal yang sama.
Penggambaran ikatan perkawinan yang murung dan modern pasti akan diterima oleh sebagian penonton masa kini, meskipun sebagian lainnya mungkin tidak suka dengan pementasan drama rumah tangga Ibsen yang dingin dan gamblang.
Bagaimanapun, adegan terakhir yang terkenal itu masih membawa panasnya, karena membanting pintu yang dilakukan Nora merupakan sebuah gerakan yang bergema sepanjang perjuangan feminisme selama berabad-abad dan masih bergaung hingga kini meskipun, dalam kasus produksi ini, tidak ada pintu yang benar-benar bisa dibanting.
Brad Rhines menulis tentang teater. Kirim email kepadanya di [email protected].
*******************************
'RUMAH BONEKA'
KAPAN: Sampai 22 September
DI MANA: Teater Marquette
Universitas Loyola New Orleans
6365 St. Charles Ave., New Orleans
TIKET: Rp 10.000 – Rp 58.900
INFORMASI: crescentcitystage.com
Bergabunglah dengan panel seniman teater wanita pada tanggal 15 September setelah pertunjukan siang pukul 14.30 untuk Diskusi Perempuan & Teater.