Proyek LRT Bali senilai US miliar mengundang kontroversi karena ketergantungan yang besar pada China
Proyek kereta api bawah tanah senilai US$20 miliar di Bali menjanjikan akan mendongkrak sektor pariwisata, namun analis mengatakan IndonesiaKetergantungan pada kontraktor China dan peraturan budaya serta tata ruang pulau resor tersebut dapat menimbulkan rintangan yang signifikan.
Dijuluki Subway Perkotaan Baliproyek ini diawasi oleh PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ) dan akan dibangun oleh perusahaan lokal Indotek dan China Railway Construction Corporation (CRCC), kontraktor utama proyek, dan PT Sinar Bali Bina Karya.

“Kami memilih CRCC karena reputasinya sebagai kontraktor transportasi kereta api global, yang telah berpengalaman membangun 200.000 km di lebih dari 100 negara,” kata Direktur Utama SBDJ Ari Askhara kepada wartawan saat peletakan batu pertama pada 4 September yang melibatkan ngeruwak, ritual Hindu untuk membersihkan area konstruksi sebelum batu pertama proyek diletakkan.

LRT menandai tonggak sejarah lain bagi perusahaan milik negara dari Tiongkok, yang memperkuat cengkeraman mereka pada pasar infrastruktur Indonesia, khususnya di bidang transportasi umum. CRCC merupakan salah satu kontraktor yang meluncurkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung senilai US$7,2 miliar, proyek utama Inisiatif Sabuk dan Jalan di Indonesia, untuk operasi komersial tahun lalu.

“Hal ini menunjukkan kedekatan antara Indonesia dan Tiongkok, antara pemerintah dengan pemerintah dan pemerintah dengan pelaku bisnis,” kata Bhima Yudhistira, direktur eksekutif lembaga riset ekonomi dan kebijakan Center of Economic and Law Studies yang berkantor pusat di Jakarta.

Sumber