Nikel yang mengalir ke Eropa menunjukkan cengkeraman Indonesia pada pasokan global

Meningkatnya ekspor mencerminkan dominasi Indonesia yang semakin meningkat di pasar nikel, dengan produksinya kini mencapai lebih dari setengah total produksi dunia. Pabrik-pabrik di Eropa biasanya menggunakan feronikel, paduan dengan kemurnian lebih tinggi daripada nikel pig iron, tetapi banyak pabrik yang memproduksinya telah tutup karena persaingan dari Indonesia.

Pabrik-pabrik tersebut termasuk di Kaledonia Baru dan Republik Dominika, yang sebelumnya merupakan pengekspor feronikel yang signifikan ke Eropa. Sementara itu, impor dari Rusia, yang sebelumnya merupakan pemasok utama nikel murni yang juga digunakan untuk baja tahan karat, telah dibatasi sejak invasi Ukraina pada tahun 2022.

Hal itu menjadi masalah bagi produsen baja tahan karat Eropa yang mencoba mendapatkan logam tersebut tanpa mengorbankan reputasi ramah lingkungan mereka. Industri nikel Indonesia telah dikritik karena hubungannya dengan kerusakan lingkungan, standar keselamatan yang longgar, dan intensitas karbon yang tinggi, yang telah membuat beberapa perusahaan enggan membelinya.

Produsen yang mengirimkan produk nikel dari Indonesia ke Eropa termasuk Gunbuster Nickel Industry, yang dimiliki oleh Jiangsu Delong Nickel Industry Co. di China yang sedang terpuruk, dan perusahaan lokal PT Trimegah Bangun Persada, yang lebih dikenal sebagai Harita Nickel, menurut orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.

Lukito Gozali, kepala hubungan investor di Harita Nickel, mengatakan perusahaan selalu terbuka terhadap peluang untuk bekerja sama dengan pelanggan di seluruh dunia. Juru bicara Gunbuster Nickel Industry tidak menanggapi permintaan komentar melalui email.

Kesulitan ekonomi China juga dapat melemahkan permintaan logam tersebut dan mendorong pengiriman ke Eropa karena produsen terpaksa melakukan diversifikasi. Ekonomi terbesar di Asia tersebut telah lama membeli sebagian besar nikel Indonesia, tetapi konsumsi baja tahan karat di sana sedang menurun karena sektor properti dan industrinya yang sedang terpuruk.

(Oleh Eddie Spence)



Sumber