Garuda Indonesia Kena Apes Akibat Bentrokan Momen Haji dengan Musim Puncak Eropa

Pengamat penerbangan Gerry Soejatman menilai layanan angkutan haji 2024 oleh Garuda Indonesia sudah bagus, hanya saja mengalami penurunan akibat musim “European High Season” atau musim puncak kunjungan wisatawan di Eropa.

“Kita mesti pahami penurunan (layanan angkutan haji) itu kenapa? Di sini kita bisa lihat, karena 'kera' masalah waktu musim haji berbenturan dengan High Season Eropa,” kata Gerry, dikutip dari Antara, Senin 15 Juli.

Menurut Gerry, musim penerbangan haji yang bertepatan dengan High Season Eropa itu sudah terjadi sejak 2020. Hanya saja, akibat adanya pandemi COVID-19, hal itu tidak berpengaruh.

Ia mengungkapkan, pada 2021 dan 2022 volume haji masih sedikit sehingga masih bisa di-cover oleh armada Garuda Indonesia sendiri. Kemudian, pada 2023 musim panas permintaan pesawat berbadan lebar Garuda masih belum tinggi sehingga masih bisa di-cover oleh armada sendiri.

“Pada 2024, permintaan pesawat berbadan lebar Garuda meningkat dan pada saat yang sama permintaan High Season Eropa tahun ini juga meningkat,” kata Gerry.

Ia menyebutkan, pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, saat Idul Adha bertepatan dengan musim liburan Eropa, Garuda terpaksa mengambil pesawat dari maskapai yang kurang mampu.

Namun saat itu, kata Gerry, agar penerbangan haji tidak terpapar risiko, Garuda menerbangkan penerbangan haji menggunakan pesawat sendiri, sedangkan penerbangan reguler menggunakan pesawat carteran.

“Akibatnya penerbangan haji terlaksana, tetapi penerbangan reguler kacau dan itu sangat merugikan Garuda karena merusak reputasinya,” ujarnya.

Menurut Gerry, saat ini hingga beberapa tahun ke depan, penerbangan haji akan sulit bagi Garuda untuk mendapatkan vendor pesawat carteran yang berkualitas.

Hal ini disebabkan musim penerbangan haji bersentuhan dengan Musim Puncak Eropa, dan ini akan terjadi selama beberapa tahun ke depan.

Musim Puncak Eropa, periode waktu puncak kedatangan wisatawan saat cuaca hangat dan cerah, menjadikan destinasi wisata di Eropa sangat populer. Selama periode ini, pesanan pesawat juga cenderung lebih tinggi.

Menurutnya, high season di Eropa berpengaruh terhadap penerbangan haji karena maskapai menyediakan sewa yang bagus dan biasanya dipakai Garuda, semua untuk high season dan biasanya tidak ada kapasitas cadangan yang disewa.

“Akibatnya, risiko terganggunya penerbangan haji tahun ini cukup tinggi,” terangnya.

Gerry mencatat sejumlah kasus yang terjadi yakni pesawat pertama Boeing 747 Terra Avia (Moldavia) di Makassar yang mesinnya terbakar akibat kompresor mati.

Kedua, Boeing 777-200ER Eastern Airlines di Solo, sempat “mogok” beberapa hari; ketiga Airbus A340, dari dua yang datang hanya 1 yang tiba di awal fase keberangkatan; dan keempat San Marino Executive A330-300 yang terpaksa kembali melakukan pendaratan darurat di Solo akibat kerusakan mesin.

“Berbeda dengan pesawat carteran Garuda dari Thai Air Asia yang cenderung bebas masalah pada musim haji, seperti halnya pesawat A330 Lion Air yang digunakan FlyNAS ke Afrika pada musim penerbangan haji tahun ini juga relatif sulit dibebastugaskan,” tutur Gerry.

Ia menambahkan, pesawat yang disewa tersebut berjenis ACMI lease atau wet lease, di mana penyedia selain menyediakan pesawat juga bertanggung jawab menyediakan kru, perawatan pesawat, dan asuransi pesawat.

“Jadi kendala perawatan yang terjadi pada pesawat haji yang disewa menjadi tanggung jawab penyedia, bukan Garuda Indonesia,” ujarnya.

Gerry berharap agar Garuda Indonesia melakukan lobi kepada maskapai yang menyediakan pesawat yang bisa disewa untuk haji, agar pada musim haji tahun depan bisa/akan menyewakannya kepada Garuda.

“Setelah tahun depan, maskapai yang mau menyewakan akan mulai bertambah karena fase repatriasi belum sepenuhnya di High Season Eropa,” imbuh Gerry.

Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menegaskan, pihaknya terus mengintensifkan berbagai langkah mitigasi dalam mengoptimalkan kelancaran penerbangan haji guna memastikan fokus keselamatan penerbangan dapat tetap terjaga.

Ia tak menampik terdapat beberapa catatan krusial terkait keterlambatan penerbangan pada pemberangkatan sejumlah kloter dari beberapa keberangkatan, salah satunya akibat sejumlah penyesuaian jadwal penerbangan pada kloter keberangkatan.

“Kami memastikan manajemen beserta seluruh tim yang bertugas terus bekerja keras melakukan segala upaya peningkatan hal tersebut, termasuk dengan mengoptimalkan kesiapan armada penerbangan haji melalui pemanfaatan pesawat yang saat ini dioperasikan untuk penerbangan reguler,” kata Irfan dalam keterangannya di Jakarta, Senin, 27 Mei.


Versi bahasa Inggris, Mandarin, Jepang, Arab, dan Prancis dibuat secara otomatis oleh AI. Jadi mungkin masih ada ketidakakuratan dalam penerjemahan, mohon selalu gunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama kami. (sistem didukung oleh DigitalSiber.id)



Sumber