Presiden Indonesia Jokowi termasuk di antara 6 juta wajib pajak yang datanya dicuri, kantor pajak meluncurkan penyelidikan – Firstpost

Insiden terbaru ini merupakan kelanjutan dari serangkaian serangan siber yang telah melanda Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. Pada bulan Juni, serangan ransomware melumpuhkan beberapa layanan pemerintah, termasuk imigrasi dan operasi bandara utama, yang berdampak pada lebih dari 280 lembaga pemerintah.
Baca selengkapnya

Badan perpajakan Indonesia telah meluncurkan penyelidikan terhadap pelanggaran data signifikan yang dilaporkan telah mengekspos informasi pribadi 6 juta wajib pajak, termasuk Presiden Joko 'Jokowi' Widodo dan beberapa pejabat tinggi pemerintah.

Pelanggaran tersebut, yang telah menimbulkan kekhawatiran serius terhadap langkah-langkah keamanan siber negara itu, terjadi di tengah serangkaian serangan siber yang telah menargetkan perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga pemerintah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Paparan data Indonesia
Pelanggaran tersebut pertama kali diketahui publik oleh pakar keamanan siber Teguh Aprianto, yang membagikan tangkapan layar di platform media sosial X (sebelumnya Twitter) pada hari Rabu, yang menunjukkan contoh nomor identitas nasional dan nomor pokok wajib pajak milik jutaan orang Indonesia.

Di antara data yang terekspos adalah data Presiden Jokowi, putranya Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan anggota kabinet lainnya. Informasi yang bocor tersebut dilaporkan muncul di situs peretasan BreachForums, tempat informasi tersebut dijual seharga 150 juta rupiah (sekitar $10.000).

Dwi Astuti, juru bicara kantor pajak Indonesia, mengonfirmasi bahwa tim teknis mereka saat ini tengah melakukan investigasi menyeluruh atas dugaan kebocoran tersebut. Meskipun kantor pajak belum memberikan rincian spesifik tentang pelanggaran tersebut, mereka mengakui informasi yang beredar dan keseriusan situasi tersebut.

Mimpi buruk keamanan siber Indonesia
Insiden terbaru ini menyusul serangkaian serangan siber yang telah melanda Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. Pada bulan Juni, serangan ransomware melumpuhkan beberapa layanan pemerintah, termasuk imigrasi dan operasi bandara utama, yang memengaruhi lebih dari 280 lembaga pemerintah.

Pelanggaran berulang ini telah menyoroti kerentanan dalam infrastruktur keamanan siber Indonesia, yang oleh para ahli dikaitkan dengan tindakan perlindungan yang tidak memadai untuk data pribadi.

Presiden Jokowi menanggapi isu tersebut pada hari Kamis, mengakui bahwa pelanggaran data merupakan masalah global tetapi menekankan perlunya tindakan segera. Ia mendesak kementerian terkait untuk mengurangi dampak pelanggaran dan memperkuat langkah-langkah keamanan siber guna mencegah insiden di masa mendatang.

Pakar keamanan siber, termasuk Teguh Aprianto, telah memperingatkan bahwa terbongkarnya data wajib pajak dapat menyebabkan serangan terarah oleh operasi penipuan, yang berpotensi mengakibatkan kerugian material dan immaterial bagi mereka yang terdampak. Pelanggaran tersebut juga dapat mengungkap informasi sensitif tentang pendapatan dan transaksi keuangan individu, yang selanjutnya memperparah risiko yang terkait dengan kebocoran tersebut.

Bagaimana tanggapan pemerintah Indonesia?
Menanggapi pelanggaran tersebut, pemerintah Indonesia telah didesak untuk melakukan audit komprehensif terhadap sistem keamanan sibernya dan menerapkan perlindungan yang lebih kuat terhadap data pribadi.

Serangan berulang kali ini menggarisbawahi perlunya tindakan yang lebih kuat untuk melindungi informasi sensitif dan memastikan lembaga pemerintah lebih siap dalam mempertahankan diri terhadap ancaman dunia maya.

Saat investigasi terus berlanjut, kantor pajak Indonesia beserta otoritas terkait lainnya, perlu mengatasi dampak langsung dari pelanggaran tersebut dan mengambil langkah-langkah untuk memulihkan kepercayaan publik terhadap kerangka kerja keamanan digital negara ini.

Hasil investigasi ini juga dapat memiliki implikasi yang lebih luas terhadap pendekatan Indonesia terhadap privasi data dan keamanan siber, yang berpotensi mengarah pada peraturan atau reformasi baru yang bertujuan mencegah insiden serupa di masa mendatang.

Pelanggaran ini menjadi pengingat nyata akan meningkatnya ancaman serangan siber dan pentingnya menjaga protokol keamanan siber yang kuat di dunia yang semakin digital.

Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here