Opini | Indonesia dan Filipina harus membersihkan tambang nikel mereka
Laporan Departemen Tenaga Kerja AS baru-baru ini, yang menempatkan nikel Indonesia dalam daftar barangnya dihasilkan melalui kerja paksatelah memberikan pukulan telak terhadap ambisi Indonesia untuk menjadi pemasok bahan-bahan baterai penting yang terkemuka di dunia.

Laporan tersebut menyoroti kondisi kerja buruk yang lazim terjadi di pabrik peleburan nikel, terutama yang berlokasi di pulau Sulawesi dan Maluku, di mana para pekerja menghadapi perlakuan kasar termasuk pemotongan gaji secara sewenang-wenang, kekerasan, dan pengawasan terus-menerus.

Sementara itu, Filipina, produsen nikel besar lainnya, juga menghadapi tantangannya sendiri. Proyek ini menangani masalah-masalah termasuk polusi air yang parah dan risiko kesehatan bagi masyarakat lokal.

Seiring dengan melonjaknya permintaan nikel dunia yang didorong oleh pertumbuhan yang cepat Di industri kendaraan listrik, sektor pertambangan nikel di Asia Tenggara telah menjadi sorotan global. Indonesia dan Filipina, yang bersama-sama menyumbang lebih dari 60 persen produksi nikel dunia pada tahun 2023, kini berada di pusat permasalahan yang kompleks.
Ancaman tersebut mencakup berbagai bidang. Deforestasi dan perusakan habitat sangat membahayakan keanekaragaman hayati, yang menyebabkan hilangnya spesies dan ekosistem. Hal ini, pada gilirannya, berkontribusi terhadap peningkatan bencana di wilayah tersebut ekosistem yang terdegradasi kurang tahan terhadap cuaca ekstrem.

Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here