Apindo Mendesak Kehati-hatian karena Indonesia Menghadapi Tekanan Deflasi yang Berkepanjangan

Jakarta. Ajib Hamdani, analis kebijakan ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), memperingatkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan ekonomi yang signifikan, seperti yang ditunjukkan oleh deflasi selama lima bulan berturut-turut dan penurunan aktivitas manufaktur.

Menurut Ajib, deflasi yang terjadi bukan semata-mata karena turunnya harga komoditas seperti yang dikemukakan Badan Pusat Statistik (BPS) atau karena efektivitas tim pengendalian inflasi pemerintah. Ia berpendapat, situasi ini mencerminkan penurunan daya beli masyarakat. Jika harga mulai stabil, kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh berkurangnya permintaan.

“Dari sisi supply, indikator kami juga menunjukkan adanya tekanan, terutama dari Purchasing Managers’ Index (PMI) yang mengalami tren penurunan selama lima bulan berturut-turut sejak April, dengan PMI masih di bawah 50,” ujarnya kepada IDTV. pada hari Rabu.

Sebelumnya, BPS melaporkan deflasi sebesar 0,12 persen pada September 2024, yang merupakan deflasi bulanan kelima pada tahun ini, dengan tingkat inflasi tahunan sebesar 1,84 persen.

Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan deflasi didorong oleh manajemen harga pangan yang efektif, bukan penurunan daya beli konsumen.

“Inflasi inti terus meningkat, dan jika meningkat berarti daya beli membaik,” kata Airlangga, Selasa. Deflasi ini bukan merupakan tanda melemahnya daya beli, melainkan hasil upaya TPIP dan TPID (tim pengendali inflasi pemerintah), termasuk gubernur yang berhasil menekan harga-harga yang berfluktuasi, tambahnya.

Indeks Manajer Pembelian Global (PMI) S&P untuk manufaktur di Indonesia turun menjadi 48,9 pada Agustus 2024, turun dari 49,3 pada Juli, yang mengindikasikan kontraksi aktivitas pabrik selama dua bulan berturut-turut. Angka di bawah 50 menandakan kontraksi.

Tag: Kata Kunci:

Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here