Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia (BEI) turun untuk hari ketiga berturut-turut pada hari Jumat, turun 0,63 persen atau 47,74 poin menjadi ditutup pada 7.496,09.
Delapan indeks sektoral menyeret indeks ke zona merah pada hari Jumat.
Sektor teknologi anjlok 2,34 persen, sedangkan properti dan real estate turun 1,36 persen. Sektor kebijakan konsumen turun sebesar 0,78 persen, sektor keuangan merosot sebesar 0,73 persen, dan sektor transportasi dan logistik menurun sebesar 0,73 persen. Selanjutnya kelompok industri turun 0,49 persen, bahan baku melemah 0,24 persen, dan bahan pokok konsumen turun 0,18 persen.
Sementara itu, tiga sektor berhasil bangkit di tengah pelemahan IHSG. Sektor kesehatan naik 0,5 persen, infrastruktur naik 0,11 persen, dan energi naik tipis 0,09 persen.
Peraih keuntungan LQ45 teratas pada hari Jumat adalah PT Medco Energi Internasional (MEDC), bertambah 3,65 persen, PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), naik 2,74 persen, dan PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO), naik 2,23 persen.
Sedangkan yang mengalami top loss adalah PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) yang melemah 6,25 persen, PT Mitra Adiperkasa (MAPI) yang melemah 4,34 persen, dan PT Bank Jago (ARTO) yang turun 4,07 persen.
Total volume perdagangan mencapai 25,36 miliar lembar saham, dengan nilai transaksi Rp 11,9 triliun (US$764,68 juta). Berdasarkan data perdagangan, terdapat 333 saham melemah, 234 saham menguat, dan 225 saham stagnan.
IHSG anjlok 2,61 persen selama sepekan terakhir, namun menguat 3,07 persen year-to-date.
Pasar global dilanda meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, konflik Israel melawan Hizbullah, dan kelompok perlawanan Hamas yang berpotensi meluas ke Iran. Konflik tersebut dapat menyebabkan gangguan pada rantai pasokan global, khususnya berdampak pada harga minyak.
Sementara itu, pemerintah Tiongkok dan otoritas moneter telah memperkenalkan langkah-langkah stimulus yang signifikan untuk mendukung perekonomian. Hal ini menarik perhatian pasar karena dapat memperlambat aliran investasi ke pasar negara berkembang, termasuk sektor keuangan Indonesia.
Rudiyanto, Direktur Panin Asset Management, menyoroti bahwa isu-isu global ini sudah mempengaruhi pasar domestik, meskipun dampak stimulus Tiongkok diperkirakan hanya berumur pendek.
Meski menghadapi tantangan tersebut, IHSG diperkirakan akan terus menguat, berpotensi mencapai level 7.900-8.000 pada akhir tahun dan naik ke level 9.000 pada tahun 2025.
Demikian pula dengan potensi apresiasi rupiah yang masih positif pada tahun 2024, didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve Amerika Serikat. Rupiah pada akhir tahun bisa berkisar antara Rp 15.100 dan Rp 15.500 terhadap greenback.