Indonesia ingin melanjutkan rekor tak terkalahkan di babak ketiga kualifikasi Piala Dunia

Semangat para pemain Indonesia semakin melambung usai bermain imbang 1-1 melawan Arab Saudi dan 0-0 melawan Australia di dua laga awal September. Namun, presiden Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan miliarder Erick Thohir ingin para pemainnya tetap mempertahankan pola pikir underdog ketika mereka bermain melawan Bahrain pada 10 Oktober dan Tiongkok pada tanggal 15.

“Masyarakat jangan menganggap Indonesia setara dengan dua lawan berikutnya,” kata Thohir di situs PSSI. “Kami masih underdog, jadi kami hanya mengincar poin saat melawan Bahrain dan Tiongkok.”

Sebelum babak kualifikasi ketiga dimulai, Thohir dan PSSI memasang target 15 poin dari 10 pertandingan Grup C, dan mereka sudah mengantongi dua poin. Bahrain dan China dianggap menjadi dua pesaing langsung Indonesia untuk memperebutkan tempat ketiga dan keempat untuk memasuki babak kualifikasi keempat. Pelatih Shin Tae-yong dan tim perlu meraih hasil positif meski harus bermain jauh dari rumah pada Oktober, sebelum menghadapi Jepang, Arab Saudi, dan Australia di tiga laga berikutnya.

Kepercayaan diri Indonesia diperkuat dengan masuknya pemain naturalisasi terbaru asal Belanda, antara lain bek tengah Mees Hilgers (Twente FC) dan penyerang sayap Eliano Reijnders (PEC Zwolle). Dari 27 nama yang dipanggil pelatih Shin kali ini, 13 di antaranya merupakan pemain naturalisasi yang menjadi rekor baru.

Sejak tahun 2000, Indonesia sudah empat kali menghadapi Bahrain dan hanya menang satu kali (2-1 di babak penyisihan grup Piala Asia 2007). Mereka sebelumnya pernah kalah 1-3 di Piala Asia 2004, lalu 0-2 dan 0-10 di kualifikasi Piala Dunia 2014. Bola menggambarkan kekalahan terakhirnya sebagai “kenangan pahit di masa kelam sepak bola Indonesia”.

Ketua Tim Indonesia Kombes Pol Sumardji tak ambil pusing dengan sejarah dan menegaskan posisi tim kini berbeda.

“Kalau lawan meremehkan kami, tidak apa-apa,” kata Sumardji Bola. “Indonesia ingin membuktikan bahwa kita tidak selemah dulu.”

Indonesia telah bermain melawan Tiongkok sebanyak 13 kali sejak tahun 1980, dengan dua kemenangan, dua kali seri, dan sembilan kekalahan. Kemenangan terakhir mereka atas China terjadi pada Piala Raja di Thailand pada tahun 1987, sedangkan hasil imbang terakhir terjadi pada kualifikasi Piala Asia 2015. Indonesia jauh lebih impresif dibandingkan lawan mereka saat ini. China kalah 0-7 dari Jepang di laga pembuka dan 1-2 dari Arab Saudi di kandang sendiri meski bermain dengan lebih banyak pemain sejak menit ke-19.

Penggemar sepak bola di platform media sosial Tiongkok, Sina, memprotes Hilgers dan Reijnders bermain untuk Indonesia. Mereka menilai Indonesia terlalu cepat melakukan naturalisasi pemain-pemain tersebut karena mereka belum diambil sumpahnya di dalam negeri, melainkan dilakukan di Belanda. Namun Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia menyebut hal tersebut hanya pandangan suporter, bukan Asosiasi Sepak Bola China.

“Ini hanya perang psikologis, bukan pernyataan resmi,” kata Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo Republika. FIFA juga sudah sepakat membiarkan kedua pemain itu mewakili Indonesia.

Indonesia saat ini berada di urutan keempat grup C dengan dua poin, tertinggal satu poin dari Bahrain. Jika mereka mengalahkan Bahrain dan China di babak mendatang, mereka akan menjadi tim Asia Tenggara pertama yang meraih dua kemenangan di babak ketiga kualifikasi Piala Dunia dan memecahkan rekor perolehan poin.

Vietnam menjadi tim Asia Tenggara pertama yang meraih kemenangan di babak kualifikasi ketiga saat mengalahkan China 3-1 pada tahun 2021. Tim tersebut finis di posisi terbawah grup B dengan empat poin. Thailand dua kali finis terbawah di babak ketiga kualifikasi pada tahun 2002 dan 2018, dengan masing-masing empat dan dua poin, tetapi gagal meraih kemenangan.



Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here