Risiko intervensi seperti di Timor masih mempengaruhi pandangan Indonesia mengenai keamanan

Dalam dua minggu, Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto akan secara resmi mengambil alih kursi kepresidenan. Dalam memimpin negara kepulauan yang luas ini melewati perairan regional yang berbahaya akibat persaingan kekuatan besar antara Amerika Serikat dan Tiongkok, ada banyak kepentingan yang dipegang teguh. argumen bahwa ia akan fokus pada stabilitas dalam negeri dan mempertahankan keutuhan wilayah Indonesia.

Perkembangan militer di Kepulauan Natuna telah mendapat banyak perhatian dari para analis dan kekuatan asing sebagai contoh yang mendukung gagasan bahwa kekhawatiran utama keamanan Jakarta (dan juga kekhawatiran Prabowo) adalah Tiongkok.

Kapal perang dan kapal penangkap ikan Tiongkok memang telah merambah zona ekonomi eksklusif Indonesia di sekitar Kepulauan Natuna, yang terletak di ujung selatan Laut Cina Selatan. Antara Januari dan Juni 2023, kapal penjaga pantai Tiongkok dikerahkan enam kali di perairan ini.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah merespons dengan mengembangkan basis baru di Kepulauan Natuna, termasuk fasilitas pelabuhan dan landasan pacu misi laut dan udara.

Namun, analisis yang lebih luas mengenai postur pertahanan Indonesia secara keseluruhan menunjukkan adanya pandangan alternatif mengenai prioritas keamanan Prabowo ketika ia mengambil alih kendali.

Prabowo Subianto di Washington tahun lalu (Alexander Kubitza/Angkatan Laut AS)
Prabowo Subianto di Washington tahun lalu (Alexander Kubitza/Angkatan Laut AS)

Dokumen publik utama yang disajikan dalam Bahasa Indonesia adalah satu wawasan. Dokumen ini, yang ditunjukkan oleh pejabat Indonesia kepada saya, dikeluarkan pada tahun 2021 oleh Kementerian Pertahanan Indonesia, dua tahun setelah Prabowo diangkat menjadi Menteri Pertahanan. Berjudul “Peraturan Presiden Republik Indonesia No 8 Tahun 2021,” laporan ini menguraikan permasalahan keamanan Indonesia dan mengusulkan peningkatan pertahanan untuk mengatasinya.

Meskipun dokumen tersebut menyebutkan sengketa Laut Cina Selatan, ketegangan di Semenanjung Korea, dan hubungan Tiongkok-Taiwan sebagai potensi ancaman terhadap keamanan Indonesia, ada hal yang lebih menarik dalam sejarah – deskripsi intervensi militer asing pada tahun 1999 di Timor-Leste, yang mana dokumen tersebut diidentifikasi sebagai faktor pendorong pemisahan wilayah dari Indonesia.

Dokumen tersebut memperkuat ketakutan akan campur tangan asing dalam urusan dalam negeri Indonesia, dan menunjukkan potensi yang ada di Aceh dan Papua Barat. Meskipun pemberontakan di Aceh telah berakhir hampir 20 tahun yang lalu, dokumen tersebut memperingatkan bahwa lembaga keamanan Indonesia harus memantau setiap campur tangan asing yang dapat menyebabkan Indonesia kehilangan provinsi tersebut, dengan mengacu pada Timor-Leste sebagai contoh. Sementara itu, gerakan separatis yang sudah berlangsung lama di Papua juga terus berlanjut.

Kecurigaan masih ada di komunitas keamanan Indonesia bahwa Marinir AS di Darwin, yang didukung oleh Australia, dapat melakukan intervensi di pihak pemberontak Papua Barat.

Untuk mempertahankan keutuhan wilayah Indonesia, dokumen tersebut mengusulkan peningkatan lima pangkalan militer dengan radar pantai dan kamera jarak jauh, serta kemampuan terintegrasi agar berbagai cabang TNI dapat beroperasi dengan lancar.

Lokasi pangkalan-pangkalan ini menggambarkan persepsi Prabowo dan lembaga keamanan Indonesia bahwa ancaman utama terhadap integritas wilayah Indonesia kemungkinan besar berada di sekitar Papua Barat. Empat dari pangkalan tersebut berada di pendekatan utara dan selatan ke Papua Barat. Dua menghadapi Australia. Kekhawatiran terhadap Tiongkok kurang mendapat perhatian.

Pandangan formatif mengenai keamanan Indonesia, termasuk terhadap Prabowo dan banyak pejabat lainnya, telah dibentuk oleh pengalaman pada akhir tahun 1990an seputar kemerdekaan Timor-Leste. Kecurigaan masih ada dalam komunitas keamanan Indonesia bahwa Marinir AS di Darwin, yang didukung oleh Australia, dapat melakukan intervensi di pihak pemberontak Papua Barat, yang mungkin menyebabkan pemisahan provinsi tersebut dari Indonesia di masa depan.

Konteks penting untuk memahami pandangan ini. Persaingan Perang Dingin yang terjadi di Indonesia, ditunjukkan dengan direbutnya a Agen CIA pada tahun 1958 dan dukungan militer diberikan oleh Amerika kepada pemberontak Indonesia pada tahun-tahun awal kemerdekaan Indonesia. Bukti sejarah ini secara konsisten dikemukakan oleh para pejabat Indonesia ketika ditanya tentang persepsi mereka terhadap Amerika. Seperti yang pernah dijelaskan oleh seorang diplomat senior Indonesia kepada saya, “Tiongkok tidak berusaha memecah belah Indonesia, namun AS yang melakukannya”.

Pengalaman pribadi Prabowo dengan Australia dan Amerika Serikat kemungkinan besar akan semakin mewarnai persepsinya terhadap kedua negara tersebut. Dia dilarang memasuki KITA Dan Australia hingga beberapa tahun terakhir. Dia bahkan tidak bisa menghadiri acara putranya kelulusan di Boston pada tahun 2000. Selanjutnya, Washington memberlakukan embargo senjata terhadap Indonesia selama enam tahun hingga tahun 2005, yang berdampak pada cara TNI memperoleh sistem persenjataan baru.

Defisit kepercayaan masih ada di pihak Prabowo dan beberapa elemen komunitas pertahanan Indonesia terhadap Australia dan Amerika Serikat. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia memandang perlunya mendiversifikasi sumber sistem persenjataan, bahkan dengan mengorbankan interoperabilitas. Bukti mata-mata terungkap dalam kebocoran intelijen AS dalam satu dekade terakhir juga meninggalkan kepahitan yang mewarnai pandangan Indonesia mengenai akuisisi peralatan militer.

Beberapa di antaranya mungkin merupakan tantangan generasi, yang memerlukan waktu bagi para pemimpin Indonesia yang berpengalaman dalam intervensi militer asing untuk meninggalkan permasalahan ini, sehingga memberi jalan bagi mereka yang memandang Washington dan Canberra dengan lebih ramah. Namun merupakan suatu kesalahan jika kita melupakan prevalensi pandangan yang ada saat ini.

Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here