Ini menandai pabrik pakan ternak kelima milik perusahaan di negara tersebut.
De Heus mengatakan langkah ini memperkuat komitmennya terhadap pasar Indonesia sejak pertama kali masuk pada tahun 2018. Grup pakan majemuk asal Belanda ini pertama kali memperkuat kehadirannya melalui akuisisi produsen pakan unggas, ikan, dan udang lokal Universal Agri Bisnisindo. Pada tahun 2020, De Heus semakin memperluas jangkauannya di Indonesia dengan mengakuisisi operasi pakan majemuk Neovia Indonesia dari ADM, termasuk dua pabrik pakan tambahan yang berlokasi di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Fasilitas baru di Purwodadi ini memiliki kapasitas produksi sebesar 15.000 ton per bulan, dan akan menjawab meningkatnya permintaan pakan berkualitas tinggi di Jawa Tengah dan sekitarnya.
Perusahaan mengantisipasi dampak positif dari lokasi tersebut terhadap perekonomian lokal melalui penciptaan lapangan kerja. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak dan mendukung pertumbuhan operasi peternakan di daerah tersebut.
Proses produksi di fasilitas ini dirancang dengan mempertimbangkan keberlanjutan, memanfaatkan bahan baku ramah lingkungan dengan tetap menjaga efisiensi operasional. De Heus mengatakan pendekatan ini sejalan dengan tujuan lingkungan yang lebih luas, yaitu berkontribusi terhadap pembangunan masyarakat dan pengelolaan lingkungan.
Selain memperluas kapasitas produksi pakan, De Heus melaporkan bahwa mereka juga secara aktif mendukung profesionalisasi sektor peternakan dan akuakultur mandiri di Indonesia, melakukan investasi strategis di bidang genetika dan juga berperan dalam mengoordinasikan rantai nilai, membantu peternak meningkatkan operasi mereka dan meningkatkan efisiensi. .
Tinjauan umum sektor pakan di Indonesia
Industri pakan ternak di Indonesia terdiri dari 110 pabrik pakan ternak yang dioperasikan oleh 44 perusahaan di 10 provinsi, dengan mayoritas—81 pabrik—terkonsentrasi di Pulau Jawa. Menurut Keuntungan USDA baru-baru ini laporan, sekitar 90% produksi pakan di Indonesia ditujukan untuk unggas, sementara akuakultur menyumbang 6%, dan sapi serta babi menyumbang 4% sisanya.
Namun, produksi pakan lokal terdampak oleh berkurangnya produksi jagung lokal dan melonjaknya harga jagung. Akibatnya, banyak pabrik yang beralih menggunakan gandum impor sebagai sumber energi utama dalam formulasi pakan mereka. Untuk mengimbangi kekurangan energi, pabrik pakan juga meningkatkan impor bahan-bahan seperti biji-bijian kering penyuling dengan bahan terlarut (DDGS), tepung gluten jagung (CGM), dan tepung kanola.
Antara bulan Januari dan Mei 2024, sebagian besar impor CGM Indonesia berasal dari Tiongkok (60,4%) dan Amerika Serikat (39,6%), sedangkan Amerika Serikat juga memasok sebagian besar DDGS (88%) dan Brazil menyediakan tambahan 10,4%. India merupakan pemasok dominan tepung kanola, menyumbang 99,3% impor Indonesia pada periode tersebut.
Menurut USDA, karena produksi jagung lokal tidak mungkin memenuhi permintaan yang terus meningkat, impor DDGS, CGM, dan tepung kanola diperkirakan akan terus meningkat hingga tahun 2024 dan 2025.