Presiden Indonesia yang akan datang, Prabowo Subianto, berencana untuk mengangkat kembali Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ke dalam kabinet barunya, menjadikannya calon presiden terpilih. orang pertama untuk memegang kementerian di bawah tiga presiden yang berbeda.
Pria berusia 62 tahun ini adalah salah satu dari puluhan calon menteri yang bertemu dengan Prabowo di kediaman pribadinya di Jakarta Selatan kemarin malam, saat ia mengonfirmasi pilihan menterinya menjelang pelantikannya pada 20 Oktober.
Usai pertemuan, Sri Mulyani membenarkan penunjukan tersebut kepada wartawan. “Dia meminta saya kembali menjabat Menteri Keuangan,” kata Sri Mulyani, menurut a laporan oleh Jakarta Globe.
Dia mengatakan bahwa dalam “diskusi yang panjang dan ekstensif” dengan Prabowo, presiden terpilih tersebut memaparkan beberapa prioritasnya mengenai perekonomian, khususnya keinginannya untuk memperkuat keuangan negara untuk mengantisipasi sejumlah program belanja yang ambisius.
“Kami sudah beberapa kali berdiskusi mengenai APBN, karena tim saya sedang menyusun APBN tahun 2025 pada masa transisi ini. Penting bagi saya untuk memahami prioritas presiden terpilih dan wakil presiden terpilih,” kata Sri Mulyani. “Kami rutin berkonsultasi satu sama lain untuk membahas strategi penguatan Kementerian Keuangan dan keuangan negara untuk mendukung program-programnya.”
Pengumuman tersebut mengkonfirmasi laporan yang beredar minggu ini bahwa Prabowo sedang bersiap untuk mempertahankan Sri Mulyani, yang pernah menjabat sebagai direktur eksekutif Dana Moneter Internasional dan direktur pelaksana Bank Dunia. Ia juga merupakan salah satu menteri keuangan yang paling lama menjabat di Indonesia, setelah menjabat cukup lama pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo.
Selama ini, Sri Mulyani telah mendapatkan respek yang cukup besar di kalangan internasional, terutama atas reformasinya terhadap sistem perpajakan Indonesia yang kacau balau dan perannya dalam mengarahkan Indonesia melewati krisis keuangan global dan pandemi COVID-19.
Banyak spekulasi seputar identitas kabinet Prabowo, yang akan diumumkan sebelum ia dilantik pada tanggal 20 Oktober, termasuk beberapa menteri di pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo. Menurut a laporan oleh Reutersantara lain beberapa menteri di kabinet Jokowi, antara lain Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, dan Menteri Energi Bahlil Lahadalia.
Prabowo memulai program belanja ambisius, yang mencakup peningkatan belanja pertahanan, kenaikan gaji pegawai negeri, dan dana sebesar $28 miliar. program untuk memberikan makanan gratis kepada 83 juta anak-anak dan wanita hamil, belum lagi biaya yang mungkin dikeluarkan untuk menyelesaikan ibu kota baru Indonesia, Nusantara. Mantan jenderal itu juga telah mengumumkan tujuan yang ambisius meningkatkan pertumbuhan ekonomi tahunan menjadi 8 persen pada akhir masa jabatan lima tahunnya.
Untuk mencapai target tersebut, Prabowo rencana yang diumumkan untuk meningkatkan rasio utang negara terhadap PDB menjadi 50 persen, naik dari 39 persen saat ini. Beberapa laporan juga menyatakan bahwa dia mungkin juga demikian mengeksplorasi cara untuk menghapuskan defisit fiskal dan batas atas rasio utang terhadap PDB yang diberlakukan setelah krisis keuangan Asia pada tahun 1997-98.
Rencana-rencana ini secara mengejutkan telah menimbulkan ketakutan di pasar keuangan. Lembaga pemeringkat utama, termasuk Fitch Ratings dan Moody's, telah melakukannya mengangkat kekhawatiran bahwa rencana belanja Prabowo akan menandai terobosan terhadap pendekatan konservatif Indonesia terhadap kebijakan fiskal, dan mencatat bahwa pada saat yang sama, rencananya untuk meningkatkan pendapatan negara “mungkin memerlukan waktu yang cukup lama.”
Dalam konteks ini, memiliki sosok yang dipercaya seperti Sri Mulyani di Kementerian Keuangan akan membantu menstabilkan dan meningkatkan keuangan negara, sekaligus menenangkan para analis dari luar dan mungkin juga memperingatkan pemerintah agar tidak melakukan ambisi yang lebih berisiko. Di dalam komentar kepada ReutersJahen Rezki, ekonom Universitas Indonesia, menyatakan harapannya bahwa “kehadiran Mulyani dapat menjadi penghambat jika pemerintahan baru mengambil kebijakan yang tidak layak atau tidak realistis.”