Indonesia akan meningkatkan industrialisasi pertanian, fokus pada pengembangan rumput laut | DALAM

Pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto akan meningkatkan strategi industrialisasinya dengan berfokus pada komoditas pertanian, khususnya rumput laut, kata seorang menteri Kabinet.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan P. Roeslani mengumumkan bahwa pemerintah telah mengembangkan peta jalan strategis industrialisasi, beralih dari sektor pertambangan untuk memaksimalkan potensi beberapa produk pertanian utama, termasuk rumput laut, minyak sawit mentah. , pala, karet, kelapa, dan rajungan.

“Komoditas berikutnya yang akan diprioritaskan dalam program industrialisasi kita adalah rumput laut,” kata Rosan dalam jumpa pers, Selasa, 15 Oktober 2024.

Ia menjelaskan, rumput laut memiliki kegunaan hilir yang luas, seperti pada produk makanan, kosmetik, dan produksi agar-agar. Garis pantai Indonesia yang luas, sepanjang 99.093 kilometer, menawarkan keunggulan komparatif yang signifikan dalam budidaya rumput laut.

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi memperkirakan nilai tambah dari industrialisasi rumput laut bisa mencapai US$11,8 miliar (Rp182 triliun).

Untuk memulai inisiatif ini, pemerintah berencana meluncurkan proyek percontohan budidaya rumput laut senilai US$2 juta (Rp31,06 miliar) tahun depan.

Rosan mencatat, sejak tahun 2020, total investasi inisiatif industrialisasi Indonesia berjumlah US$78,7 miliar (Rp1.245,8 triliun), dengan 61 persen dana dialokasikan untuk smelter atau setara dengan US$48 miliar (Rp759,83 triliun).

Sektor kehutanan, terutama industri kertas dan pulp, menerima investasi sebesar US$12,6 miliar (Rp196,99 triliun), sedangkan sektor pertanian, khususnya industri minyak sawit mentah dan oleokimia, menerima investasi sebesar US$8,3 miliar (Rp130,33 triliun).

Rumput laut diperkirakan akan menjadi pendorong perekonomian utama, dengan proyeksi menunjukkan puncak permintaan produk turunan rumput laut pada tahun 2040.

Pada saat itu, pasar global untuk pupuk organik yang terbuat dari rumput laut bisa mencapai US$10 miliar, sementara plastik ramah lingkungan bisa tumbuh melebihi US$40 miliar.

Di dalam negeri, harga rumput laut berkisar antara US$1.000 hingga US$ 2.000 per ton, tergantung kualitas dan penggunaannya. Aplikasi kelas atas, seperti pupuk organik dan produksi farmasi, dapat mendorong harga hingga US$13.000 per ton.

Rumput laut juga dipandang sebagai alternatif yang hemat biaya di sektor industrialisasi.

Misalnya, pengembangan budidaya rumput laut seluas 1,2 juta hektar hanya membutuhkan investasi sebesar US$48 juta, jauh lebih kecil dibandingkan investasi sektor nikel yang padat modal.

Komitmen Indonesia untuk meningkatkan industrialisasi pertanian menandai langkah signifikan menuju diversifikasi perekonomian dan menciptakan pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.

Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah, khususnya rumput laut, pemerintah bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan posisinya di pasar global untuk produk-produk berkelanjutan.

Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here