Penjelasan Ending Attack on Titan: Memahami Pengorbanan Eren dan Siklus Konflik yang Tak Pernah Berakhir

Akhir dari Attack on Titan menyampaikan pesan yang kuat tentang kemanusiaan, kebebasan, dan konflik yang tak terhindarkan. Hajime Isayama menciptakan akhir yang sesuai dengan tema cerita yang kompleks, memadukan kesimpulan yang pahit dengan gagasan kekerasan yang bersiklus. Sejak awal, Isayama mengisyaratkan siklus penderitaan dan pengulangan di dunianya. Hal ini terlihat jelas dalam konflik antara orang-orang Eldian dan orang-orang Marley, yang kebencian dan ketakutan satu sama lain telah berlangsung selama berabad-abad. Meskipun Eren berupaya untuk mengubah nasib ini, tindakannya hanya memperburuk keadaan, menunjukkan bahwa melepaskan diri dari kebencian yang mengakar hampir mustahil.

Di final, tujuan Eren untuk menciptakan dunia di mana teman-temannya bisa hidup bebas di balik tembok hanya dapat dicapai melalui pengorbanannya. Dengan menjadi penjahat terhebat dan menggunakan kekuatan Rumbling yang mengerikan, dia berharap dapat menyatukan dunia untuk melawannya. Melalui ini, dia percaya bahwa para Eldia pada akhirnya akan memiliki kesempatan untuk mendapatkan kedamaian. Namun, rencana Eren harus dibayar mahal, membuat teman-temannya menanggung beban untuk menghentikannya. Pilihannya memaksa sekutu terdekatnya, terutama Mikasauntuk membuat pengorbanan yang tak terbayangkan. Tindakan belas kasihan terakhir Mikasa dalam mengakhiri hidup Eren membebaskan Ymir, pendiri Titans, melambangkan berakhirnya kutukan para Titan dan awal dari potensi perdamaian bagi para Eldian. Pilihan sulit ini menyoroti keputusan menyakitkan yang diperlukan untuk memutus siklus destruktif, meskipun hanya sementara.

BACA JUGA: Penjelasan Akhir Grand Final Attack on Titan: Akhir Eren, motivasi Mikasa, dan nasib umat manusia terungkap

Attack on Titan (Kredit Gambar- Crunchyroll, Studio MAPPA)

Keputusan Isayama untuk memasukkan adegan post-credit yang menyiratkan siklus konflik akan terus berlanjut merupakan pengingat bahwa sejarah sering terulang. Adegan tersebut mengungkapkan Pulau Paradis dihancurkan dalam perang di masa depan, menunjukkan bahwa perdamaian yang Eren korbankan segalanya mungkin tidak akan bertahan lama. Pohon tempat Ymir pertama kali menemukan kekuatan para Titan muncul kembali, mencerminkan kisahnya dan menyiratkan bahwa orang lain mungkin menemukan kekuatan kuno ini dan memulai siklus baru. Gambaran ini menggarisbawahi gagasan bahwa perjuangan dan konflik umat manusia adalah sebuah putaran yang tiada habisnya, dimana setiap generasi menghadapi tantangan yang sama, meskipun ada pelajaran dari masa lalu.

Isayama secara halus menggambarkan tema siklus ini di sepanjang seri. Karakter sering kali bergulat dengan kenyataan pahit di dunia tempat mereka tinggal dan mempertanyakan tujuan perjuangan mereka. Misalnya, filosofi Zeke bahwa kehidupan ada hanya untuk bereproduksi mencerminkan pandangan sinis terhadap kecenderungan umat manusia untuk mengulangi kesalahan yang sama. Bahkan perjalanan Eren dari seorang pemuda yang penuh harapan dan tekad menjadi seorang pemimpin yang lelah menghadapi dunia dan penuh konflik menggarisbawahi tema ini. Tindakan Eren, meski awalnya didorong oleh keinginan akan kebebasan, pada akhirnya menjebaknya dalam pola kekerasan yang sama yang ingin ia hindari. Dia terlambat menyadari bahwa upayanya untuk mencapai kebebasan harus dibayar dengan konsekuensi yang tidak dapat dia tanggung sendiri.

Pesan Isayama jelas: kebebasan dan perdamaian sulit dicapai dan bahkan lebih sulit dipertahankan. Pembebasan sejati tidak hanya membutuhkan pendobrakan hambatan fisik namun juga pembongkaran kebencian, ketakutan, dan prasangka yang telah berusia berabad-abad. Bagian akhir dari Attack on Titan memberikan pengingat yang menghantui kepada penonton bahwa meskipun individu dapat berubah, sifat manusia tetap konstan, sering kali kembali ke pola konflik dan penderitaan lama.

Intinya, bagian akhir mencerminkan kenyataan pahit bahwa siklus umat manusia sulit untuk diputus, namun juga meninggalkan secercah harapan. Generasi berikutnya—diwakili oleh karakter seperti Gabi dan Falco—mungkin bisa belajar dari pengorbanan ini dan membuat pilihan berbeda. Dengan mengakhiri serial ini dengan cara ini, Isayama melukiskan pandangan yang realistis namun menantang mengenai potensi umat manusia, mendorong pemirsa untuk mempertimbangkan dampak tindakan mereka dan mempertanyakan apakah mereka benar-benar dapat lepas dari siklus sejarah.

BACA JUGA: Jennifer Lopez Mendukung Kamala Harris di Rapat Umum, Mengkritik Acara MSG Trump sebagai 'Menyinggung Kemanusiaan'

Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here