Untuk mengantisipasi kemungkinan misi kemanusiaan lainnya guna mengirimkan bantuan dan perawatan medis kepada warga Palestina yang terluka, selama dua bulan terakhir, Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah menyiapkan aset dan personelnya, termasuk dua kapal rumah sakit.
Persiapan ini merupakan kelanjutan dari pernyataan Menteri Pertahanan sekaligus Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto, pada 1 Juni 2024, di Shangri-La Dialogue di Singapura. Dalam pidatonya, Menteri tersebut mengumumkan kesediaan Indonesia untuk mengerahkan pasukan penjaga perdamaian dalam jumlah besar berdasarkan mandat PBB guna membantu menjaga dan memantau kemungkinan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Negara tersebut juga berencana untuk mengevakuasi dan memberikan perawatan medis hingga seribu warga Palestina yang terluka di rumah sakit di Indonesia, menteri tersebut menambahkan.
Beberapa hari kemudian, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, menyatakan bahwa pasukan penjaga perdamaian yang diusulkan akan terdiri dari satu unit seukuran Brigade, dua helikopter, dan dua kapal rumah sakit.
Baru-baru ini, pada tanggal 18 Juli, pembuat kapal milik negara Indonesia, PT PAL, mengungkapkan bahwa dalam persiapan untuk kemungkinan penempatan di Gaza, salah satu kapal rumah sakit negara tersebut, KRI Dr. Wahidin Sudirohusodo (991), telah dicat ulang menjadi putih untuk mematuhi persyaratan Konvensi Jenewa.
Lebih lanjut, PT PAL menyampaikan BeritaAngkatanLaut itu KRI Dr. Wahidin saat ini sedang menjalani “pemeriksaan teknis menyeluruh” di fasilitasnya di Surabaya, Jawa Timur, untuk memastikan kesiapan kapal dan memverifikasi bahwa semua peralatan di atas kapal berfungsi dengan baik.
Untuk diketahui, KRI Dr. Wahidin merupakan kapal rumah sakit pertama milik TNI AL yang dibangun di dalam negeri. Kapal sepanjang 124 meter ini dibangun oleh PT PAL berdasarkan desain Landing Platform Dock (LPD) dan diluncurkan pada tahun 2017. 2 JanuariNomor 021.
Penempatan Sebelumnya ke Mesir
Selain KRI Dr. WahidinBahasa Indonesia: TNI AL saat ini mengoperasikan dua kapal rumah sakit lainnya; KRI Dr. Soeharso (990) dan KRI dr.Radjiman Wedyodiningrat (992), yang terakhir juga dibangun oleh PT PAL.
Pada tanggal 18 Januari, KRI dr.Radjiman diberangkatkan untuk mengirimkan 242 ton bantuan kemanusiaan dan tim medis ke Gaza. Namun, menurut pejabat Indonesia, kapal tersebut tidak dapat mencapai Gaza karena otoritas Mesir hanya mengizinkan kapal tersebut tinggal di Pelabuhan Al Arish selama empat hari, yang kemudian bantuan tersebut diserahkan kepada Bulan Sabit Merah Mesir untuk dikirim ke Gaza melalui Perbatasan Rafah.
Mengingat risiko keamanan yang terkait dengan misi tersebut, khususnya di Teluk Aden dan Laut Merah, kapal tersebut dikirim dengan 36 personel pasukan khusus angkatan laut di dalamnya.
TNI AL statusmencatat bahwa selama pelayarannya, KRI Dr.Radjiman melewati banyak kapal perang asing dari Satuan Tugas Gabungan 151 (CTF 151) dan CTF 153 multinasional yang melakukan operasi antipembajakan dan operasi keamanan maritim lainnya di kedua wilayah.
Menariknya, TNI AL juga mengungkap adanya beberapa “speed boat dan kapal penangkap ikan” yang mencurigakan membuntuti KRI Dr.Radjiman Meski tetap menjaga jarak aman, TNI AL menduga kapal-kapal ini mungkin bertindak sebagai unit pelaporan target.
Setelah melakukan pelayaran selama 57 hari sejauh 10.983 mil laut, KRI Dr.Radjiman kembali dengan selamat ke Jakarta pada tanggal 15 Maret.
Komentar Penulis
Jika Jakarta melanjutkan pengiriman dua kapal rumah sakit ke Gaza atau Mesir, KRI Dr.Radjiman akan hidupkely menemani KRI Dr. WahidinPada saat penulisan, KRI Dokter. Radjiman masih mempertahankan cat putihnya dari penempatan bulan Februari saat KRI Dr. Soeharso belum mengalami pengecatan ulang serupa.
Selain itu, pada tanggal 13 Juni lalu, telah dilakukan inspeksi kesiapan pra-penempatan di atas KRI Dr.Radjiman.
Rencana terbaru dan yang akan datang untuk mengerahkan kapal rumah sakit ke Gaza atau Mesir menyoroti meningkatnya tuntutan operasional yang dibebankan kepada TNI AL. Seiring dengan ambisi Indonesia untuk memainkan peran yang lebih aktif dalam keamanan internasional, kebutuhan akan aset angkatan laut yang serba guna dan tangguh menjadi semakin nyata.
Sementara itu, kebutuhan akan kapal pengangkut untuk operasi dalam negeri tetap tinggi, termasuk untuk operasi militer selain perang (OMS). Selain itu, sebagai negara kepulauan yang rawan terhadap bencana alam, negara ini membutuhkan kemampuan logistik yang kuat untuk memastikan respons yang tepat waktu dan efektif terhadap keadaan darurat serta menjaga konektivitas di antara banyak pulaunya.
Tekanan ganda dari komitmen internasional dan kebutuhan dalam negeri ini semakin memacu TNI AL untuk meningkatkan kapasitas angkut lautnya. Bahkan, pada 2 Juli lalu, Kepala Staf TNI AL, Laksamana Muhammad Ali, diumumkan rencana pengadaan LPD dan Landing Ship Tank (LST) yang lebih banyak lagi yang akan dibangun di dalam negeri oleh galangan kapal Indonesia, termasuk PT PAL.
Selain itu, Dermaga Helikopter Pendaratan (LHD) telah dimasukkan dalam desain armada masa depan TNI AL.