Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia menyatakan bahan bakar jet berbahan dasar kelapa memungkinkan.

TEMPO.COBahasa Indonesia: JakartaKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI telah memastikan kelayakan teknis pemanfaatan minyak kelapa sebagai sumber bahan bakar jet ramah lingkungan. bahan bakarjuga dikenal sebagai bahan bakar bio-penerbangan (bioavtur).

“Secara teknis, itu memungkinkan. Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang saat ini sedang dikembangkan memanfaatkan minyak atau lemak jelantah,” kata Agus Cahyono, Kepala Biro Komunikasi Kementerian Perhubungan, kepada wartawan, Selasa (2/10). Tempo melalui aplikasi perpesanan pada tanggal 23 Juli 2024.

Agus mengklaim, kementerian masih menunggu penjelasan lebih rinci dari Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi terkait spesifik penggunaan minyak kelapa untuk bioavtur.

Menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA), SAF memiliki sifat kimia dan fisik yang hampir identik dengan bahan bakar jet konvensional. Hal ini memungkinkan pencampuran yang aman dengan bahan bakar konvensional pada berbagai rasio, memanfaatkan infrastruktur dan pesawat yang ada tanpa modifikasi. Bahan bakar dengan karakteristik ini dikenal sebagai “bahan bakar drop-in,” yang berarti bahan bakar tersebut dapat diintegrasikan dengan mulus ke dalam sistem pengisian bahan bakar bandara yang ada.

Namun, agar sebutan “berkelanjutan” berlaku, bahan bakar tersebut harus memenuhi kriteria keberlanjutan tertentu. Kriteria tersebut meliputi pengurangan emisi karbon siklus hidup, ketergantungan minimal pada sumber daya air bersih, penghindaran persaingan dengan produksi pangan (seperti biofuel generasi pertama), dan pencegahan penggundulan hutan.

Sebelumnya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggandeng perusahaan Jepang untuk mengolah minyak kelapa bekas pakai dan minyak kelapa tak terstandar atau tak laku di pasaran menjadi bioavtur. Proyek yang saat ini tengah dalam tahap pembangunan pabrik di Banyuasin, Sumatera Selatan ini melibatkan kerja sama antara BRIN, PT ABE Indonesia, dan Green Power Development Corporation asal Jepang.

Mego Pinandito, Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, menegaskan bahwa kelapa nonstandar telah diakui sebagai bahan baku yang layak oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). Mego meyakini pengakuan ini akan berdampak positif bagi pengembangan industri biofuel dalam negeri.

“Pencantuman kelapa nonstandar dalam daftar yang disetujui membuka pintu bagi negara penghasil kelapa seperti Indonesia untuk berkontribusi dalam penurunan emisi karbon di sektor penerbangan,” kata Mego dalam keterangan resmi, 19 Juli 2024.

BAGUS PRIBADI | ALIF ILHAM FAJRIADI

Pilihan Editor: Garuda Indonesia Siapkan Penggunaan Bioavtur pada Penerbangan Komersial

klik disini mendapatkan berita terbaru dari Tempo di Google News



Sumber