Bagaimana budaya nomaden digital berkembang pesat di Asia Tenggara, ETHRWorldSEA



<p>Karir Nomad Digital di Asia Tenggara</p>
<p>“/><figcaption class=Karier Nomad Digital di Asia Tenggara

Fenomena pekerja nomaden digital bukanlah istilah baru, namun telah menjadi bahan pembicaraan hangat, terutama di kalangan tenaga kerja yang melek digital saat ini. Fenomena ini terus berkembang di seluruh dunia, dengan perusahaan dan karyawannya yang semakin mengenalnya. Tidak dapat disangkal, hal ini menjadi hal yang lumrah, terutama setelah pandemi COVID-19, yang mendorong tenaga kerja global untuk beralih ke pilihan karier ini.

Menurut Techreport, persentase orang yang bekerja jarak jauh di seluruh dunia meningkat empat kali lipat, dari 7% menjadi 28%, antara tahun 2015-2023. Sementara itu, pada tahun 2023, hampir 68% tenaga kerja di bidang teknologi bekerja jarak jauh.

Namun, seiring dengan semakin populernya budaya nomadisme digital, berbagai rintangan pun menghadang. Mari kita gali lebih dalam untuk mengingat kembali istilah “nomad digital” dengan cepat.

Siapakah para nomaden digital dan bagaimana mereka bekerja? LAUT negara mana yang mengadopsinya?

Para nomaden digital adalah mereka yang merintis jalan di bidang teknologi dan sering berpindah dari satu tempat ke tempat lain di seluruh dunia, mengubah tata letak ruang kantor tradisional. Beberapa karier yang disukai oleh para nomaden digital adalah pengembangan perangkat lunak, penulisan, desain grafis, pemasaran, dan konsultasi.

Timur dan Negara-negara Asia Tenggara telah menjadi lokasi yang paling disukai bagi pekerja jarak jauh. Misalnya, survei terbaru dari AndaGov mengungkapkan bahwa lebih dari 41% nomaden digital lebih memilih bekerja di Jepang diikuti oleh Singapura (34%), Thailand (32%), Indonesia dan Malaysia (masing-masing 25%).

Berkat berbagai keuntungan yang ditawarkan negara-negara ini kepada para pekerja jarak jauh lokal maupun asing. Misalnya, negara-negara seperti Thailand, Indonesia, dan Vietnam menyediakan biaya hidup yang terjangkau, sehingga menarik para pekerja jarak jauh yang sering kali lebih suka bepergian dengan anggaran terbatas.

Mari kita telusuri beberapa alasan mengapa negara-negara ini menjadi pengembara digital magnet:

  • Mendorong semangat budaya kerja dan gaya hidup: Wilayah ini kaya akan pengalaman budaya, pemandangan alam yang indah, dan iklim yang hangat, sehingga menjadikannya tempat yang menarik untuk tinggal dan bekerja. Misalnya, DE Rantau dari Badan Pariwisata Malaysia mempromosikan mobilitas profesional digital dan pariwisata di seluruh negeri. Program ini menguntungkan baik bakat lokal maupun perantau asing melalui penciptaan ekosistem dinamis yang mendukung perantau digital. Selain itu, mereka mendapatkan akses ke konektivitas pita lebar yang stabil dan berbagai fasilitas serta layanan lain yang mendukung gaya hidup nomaden.
  • Menawarkan infrastruktur yang kuat: Banyak kota di Asia Tenggara memiliki internet yang andal dan fasilitas modern, yang merupakan hal penting bagi kerja jarak jauhMisalnya, kawasan seperti Indonesia dan Thailand telah membuat langkah signifikan dengan undang-undang perlindungan data mereka: Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (PDPL) Indonesia dan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (PDPA) Thailand.
  • Menyediakan pilihan Visa yang fleksibel untuk para perantau digital: Beberapa negara di kawasan ini menawarkan visa khusus untuk para pekerja nomaden digital, sehingga memudahkan mereka untuk tinggal lebih lama dan bekerja secara legal. Misalnya, pemerintah Thailand baru-baru ini meluncurkan “Visa Pengembara Digital”,” atau Visa Tujuan Thailand, yang memudahkan pekerja lepas, pekerja nomaden digital, atau karyawan jarak jauh untuk bekerja dari surga tropis Thailand. Visa ini memungkinkan pemegangnya tinggal di Thailand hingga 180 hari per entri dan berlaku selama 5 tahun.

Mengapa menjalani gaya hidup nomaden digital masih menjadi sebuah perjuanganMeskipun karier ini telah mendapatkan momentum selama beberapa tahun terakhir, terutama pasca-lockdown, beberapa negara, termasuk pekerja jarak jauh dan pemberi kerja mereka, masih berjuang untuk menerimanya sepenuhnya.

Berikut ini adalah beberapa alasan umum:

  • Kesenjangan komunikasi karena perbedaan zona waktu: Berkoordinasi dengan tim yang berbeda zona waktu sering kali menyebabkan keterlambatan pengambilan keputusan. Selain itu, hal ini menimbulkan rasa terisolasi di antara anggota tim, yang lebih menarik selama rapat tatap muka.
  • CMasalah kepatuhan karena peraturan perlindungan data yang bervariasi: Dengan berbagai negara yang memiliki undang-undang data yang berbeda, memastikan privasi dan keamanan data dalam skala besar menjadi perhatian bagi bisnis. Bayangkan kesulitan yang dihadapi perusahaan global ketika karyawan menggunakan jaringan dan perangkat Wi-Fi yang tidak dapat diandalkan. Bukankah itu masalah yang perlu dikhawatirkan? Tidak ada perusahaan yang ingin mempertaruhkan data mereka terhadap serangan siber.
  • Tantangan pemantauan kinerja karena adanya perubahan yang berbeda: Dengan zona waktu yang berbeda, muncullah shift yang berbeda pula, dan karenanya, organisasi perlu mengadopsi pendekatan manajemen yang fleksibel. Lebih mudah bagi organisasi global untuk melacak kinerja dan produktivitas karyawan mereka. Namun, UKM belum sepenuhnya mencapai level itu.
  • Undang-undang visa yang tidak mendukung bagi karyawan jarak jauh: Beberapa negara tidak memiliki undang-undang visa yang fleksibel untuk pekerja lepas digital. Misalnya, di Korea Utara, karyawan jarak jauh harus merupakan warga negara non-Korea, berafiliasi dengan perusahaan internasional, dan harus memenuhi persyaratan pengalaman kerja dan pendapatan minimum untuk bekerja jarak jauh.

Meskipun kelemahan ini menghadirkan tantangan yang signifikan, kelemahan tersebut sering kali dapat diatasi dengan perencanaan yang cermat, kebijakan yang kuat, dan pendekatan yang fleksibel. Organisasi yang secara efisien mengatasi masalah ini dapat menghasilkan tenaga kerja jarak jauh yang beragam, dinamis, dan bermotivasi tinggi.

Pikiran akhir

Para nomaden digital atau yang biasa kita sebut, para profesional yang melek teknologi dan suka menjelajah dunia, akan terus mengguncang norma-norma kantor tradisional, dan negara-negara Asia Tenggara menjadi taman bermain mereka. Meskipun menghadapi tantangan seperti ketidaksesuaian zona waktu dan masalah keamanan data, daya tarik pilihan visa yang fleksibel, seperti Visa Tujuan Thailand yang baru di Thailand, membuat semangat nomaden tetap hidup.

  • Diterbitkan pada 24 Jul 2024 pukul 05:00 WIB

Bergabunglah dengan komunitas 2 juta+ profesional industri

Berlangganan buletin kami untuk mendapatkan wawasan & analisis terkini.

Dapatkan pembaruan di platform sosial pilihan Anda

Ikuti kami untuk berita terkini, akses orang dalam ke berbagai acara, dan banyak lagi.

Sumber