Kementerian ESDM bicara soal relaksasi ekspor bauksit

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia mengatakan kemungkinan akan melonggarkan sejumlah pembatasan ekspor bijih bauksit, menurut pernyataan dari juru bicara kementerian Agus Cahyono Adi. Usulan ini menyusul pembahasan antara Menteri ESDM Arifin Tasrif dan anggota Komisi VII DPR terkait kemungkinan pelonggaran yang mungkin akan mereka lakukan.

Kementerian ESDM bicara soal relaksasi ekspor bauksit

{allingkarantambah}

Menurut Agus, pembahasan sudah berlangsung minggu lalu, dan keputusan konkrit masih perlu diambil.

Ia juga menyebutkan bahwa pemerintah telah memberikan kelonggaran ekspor bijih bauksit selama tiga tahun sebelum Presiden Jokowi melarangnya, yang berlaku mulai Juni 2023, untuk mendukung pengolahan sumber daya mineral dalam negeri. Dengan melakukan hal ini, Indonesia ingin mengulang keberhasilannya dalam pengolahan nikel setelah melarang ekspor bahan baku nikel mentah pada Januari 2020.

“Kami sudah memberikan kesempatan selama tiga tahun, sesuai dengan Undang-Undang Mineral dan Batubara,” kata Agus Cahyono Adi.

Agus lebih lanjut menyebutkan, pemerintah juga tengah mengevaluasi apakah dana yang diperoleh dari ekspor bauksit selama tiga tahun cukup untuk membangun smelter aluminium.

Sebelumnya, anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meminta Kementerian ESDM memberikan relaksasi ekspor sejumlah mineral, termasuk bauksit, lantaran pembangunan smelter tak kunjung tuntas.

Legislator Maman Abdurahman melaporkan, hasil pembahasan antara menteri dan anggota DPR pekan lalu mengarah pada terbukanya peluang relaksasi ekspor sejumlah produk mineral yang hingga kini belum bisa dibangun smelter.

“Kita masih membuka peluang bagi beberapa produsen produk mineral yang belum bisa membangun smelter. Itulah sebabnya disebut mineral logam tertentu. Artinya, diberikan ruang kepada rekan-rekan di kementerian untuk bisa mengklasifikasi, mineral mana saja yang masih bisa dibuka untuk ekspor,” katanya.

Menurut survei USGS, Indonesia merupakan produsen bauksit terbesar keenam di dunia, dengan cadangan sebesar 1 miliar ton. Pada tahun 2023, negara ini memproduksi 20 juta ton bauksit. Pada bulan Februari 2024, pemerintah mengesahkan kuota penambangan untuk tambahan 14 juta ton bauksit.

Sumber