HR Magazine – Menyesuaikan budaya perusahaan untuk era kerja jarak jauh

Tantangan yang terus berlanjut di era kerja jarak jauh adalah terkikisnya rasa memiliki di antara anggota tim. Namun, berpegang teguh pada budaya kantor sebelumnya tidaklah membantu. Sebaliknya, SDM harus mengubah budaya perusahaan bagi tenaga kerja saat ini.

Di kantor fisik, interaksi santai dan percakapan spontan secara alami memupuk hubungan dan keakraban. Momen-momen informal ini sulit ditiru di ruang kerja digital, yang menyebabkan perasaan terisolasi dan terputus di antara karyawan jarak jauh.

Tanpa adanya interaksi langsung setiap hari yang secara alami dapat membangun ikatan, pekerja jarak jauh sering kali kesulitan untuk benar-benar terintegrasi dengan budaya perusahaan. Kurangnya koneksi ini dapat merusak keterlibatan, kolaborasi, dan, pada akhirnya, keberhasilan keseluruhan model kerja jarak jauh.

Mungkin mencoba mempertahankan budaya kantor adalah sebuah kesalahan. Jalan ke depan bukanlah dengan memperkenalkan kebijakan yang mencoba mempertahankan budaya lama, tetapi sebaliknya menciptakan kembali budaya tersebut agar lebih sesuai dengan cara kita bekerja saat ini. Di era kerja jarak jauh, budaya yang didasarkan pada transparansi, koneksi, dan Keamanan psikologis dapat menumbuhkan rasa percaya antara karyawan dan pemberi kerja. Sistem kerja hibrida dan jarak jauh membuat budaya menjadi lebih penting dari sebelumnya, jadi sekadar mencoba memperbaikinya kemungkinan besar akan mengundang bencana.


Baca selengkapnya: Mengapa penyelarasan budaya harus menjadi prioritas SDM pada tahun 2024


Hal ini memerlukan perubahan dari pendekatan yang seragam ke lingkungan kerja yang lebih personal dan fleksibel. Evolusi ini dapat mengarah pada peningkatan otonomi, pemberdayaan, dan rasa kepemilikan yang lebih besar di antara karyawan, yang pada akhirnya mendorong produktivitas.

Jujur saja

Transparansi adalah landasan keberhasilan adaptasi dari kantor ke pekerjaan jarak jauh. Kejujuran dari perusahaan dan karyawannya dapat membantu orang beradaptasi dengan perubahan, menentukan peran karyawan, dan baik untuk moral secara umum.

Banyak perubahan yang diperlukan untuk membuat pekerjaan ini relatif mudah. ​​Ketika rekan kerja tidak lagi hanya berjarak beberapa meja, penyesuaian sederhana, seperti mengajarkan pentingnya mengelola masuknya email atau komunikasi yang lebih sering dengan karyawan lain untuk visibilitas, merupakan praktik bermanfaat yang semuanya dapat membantu.

Tingkatkan alat Anda

Selain transparansi, penting juga untuk menyediakan hak alat untuk bekerja jarak jauhPeralatan atau perangkat lunak yang rusak atau tidak sesuai untuk pekerjaan yang sedang dilakukan tidak hanya menghambat kemajuan tetapi juga menimbulkan hambatan dalam alur kerja yang seharusnya transparan. Teknologi yang tepat dapat menjembatani kesenjangan yang secara fisik tercipta antara orang-orang di ruang kerja jarak jauh dan bertindak sebagai kunci untuk menjaga transparansi jarak jauh. Hal ini pada gilirannya membantu menciptakan budaya.

Bekerja pada keselamatan psikologis

Mempromosikan Keamanan psikologis juga penting. Harapan yang jelas, saluran komunikasi yang terbuka, rasa hormat terhadap berbagai perspektif, dan mekanisme umpan balik yang konstruktif semuanya memainkan peran penting dalam menumbuhkan lingkungan tempat tim jarak jauh merasa aman dan termotivasi untuk unggul dalam peran mereka. Memprioritaskan keselamatan psikologis menjadi dasar bagi lingkungan kerja jarak jauh yang berkembang, memberdayakan tim untuk bekerja sebaik-baiknya.


Baca selengkapnya: Kebijakan bekerja dari rumah Anda harus mengatasi kekurangannya


Tegakkan hak untuk memutus sambungan

Sebuah ide yang berasal dari Perancis, 'hak untuk memutuskan hubungan', telah menjadi tren global. Beberapa negara telah mengadopsinya sebagai hukum, yang lain telah melakukannya dengan cara yang lebih informal melalui kebijakan perusahaan. Komunikasi digital dan kerja jarak jauh telah menyebabkan masalah yang meluas di mana karyawan merasa berkewajiban untuk tetap terhubung di luar jadwal kerja resmi mereka, baik di malam hari atau saat waktu istirahat yang dibayar. Hak untuk memutuskan hubungan berarti bahwa keseimbangan kerja/kehidupan yang lebih baik secara eksplisit diharapkan; karyawan tidak merasa harus bekerja di luar jam kerja yang ditentukan dalam kontrak.

Kombinasi antara bekerja jarak jauh dan bekerja fleksibel telah memperkuat tantangan ini dengan cara lain, karena pengusaha menghadapi kesulitan dalam memantau jam kerja karyawan tanpa terlalu invasif. Untuk mengatasi hal ini, organisasi harus menemukan keseimbangan yang sulit untuk menawarkan fleksibilitas, menghormati hak untuk tidak bekerja sambil juga memastikan produktivitas dan kinerja.

Sejak transisi ke pekerjaan jarak jauh dimulai empat tahun lalu, mempertahankan budaya perusahaan merupakan tantangan – sekaligus peluang. Daripada mempertahankan budaya sebagai sesuatu yang statis, kita dapat menata ulang budaya tersebut berdasarkan transparansi, koneksi, dan keamanan psikologis. Pergeseran ini menuntut evaluasi ulang yang mendasar terhadap strategi budaya agar selaras dengan lanskap kerja yang terus berkembang.

Kunci untuk berkembang dalam pekerjaan jarak jauh tidak terletak pada mempertahankan budaya perusahaan tetapi dalam menciptakannya kembali agar dapat berkembang di era digital.

Bjorn Reynolds adalah CEO platform SDM Safeguard Global

Sumber