'Ikatan yang tak terpisahkan antara iman dan budaya' – Kardinal Da Silva tentang Paus di Timor-Leste

Kardinal Virgilio do Carma da Silva, Uskup Agung Dili, mengatakan Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Timor-Leste akan membawa harapan bagi umat Kristiani dan menempatkan mereka di jalan untuk menanamkan Injil dalam masyarakat mereka.

Oleh Kardinal Virgilio do Carmo da Silva

Umat ​​Katolik Timor-Leste telah lama menanti kedatangan Paus Fransiskus. Kegembiraan menyelimuti jalan-jalan negara kecil ini, yang merupakan koloni Portugis hingga tahun 1975, dan kemudian diduduki oleh militer Indonesia hingga tahun 1999. Pada tahun 2002, negara ini menjadi negara berdaulat dengan mayoritas penduduk beragama Katolik.

Ketika kunjungan Paus ke Timor-Leste diumumkan, pada 12 April 2024, seluruh penduduk menyambut berita itu dengan antusiasme, kegembiraan, dan keinginan untuk menyambut Bapa Suci.

Paus Fransiskus akan menjadi Paus kedua yang mengunjungi negara tersebut, setelah Paus Yohanes Paulus II, yang berkunjung ke Timor-Leste pada 12 Oktober 1989. Namun, saat itu negara tersebut masih menjadi bagian dari provinsi Indonesia.

Oleh karena itu, Paus Fransiskus akan menjadi Paus pertama yang mengunjungi Timor-Leste sebagai negara berdaulat baru yang memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 20 Mei 2002. Kunjungan ke Timor-Leste merupakan bagian dari lawatan kepausan di Asia dan Pasifik.

Untuk menyelenggarakan kunjungan tersebut dengan lebih baik, pemerintah Timor-Leste dan Gereja setempat membentuk tim gabungan. Kedua lembaga tersebut telah bekerja sama dengan baik sejak awal.

Mengenai infrastruktur, tidak ada yang bisa dilakukan secara kebetulan. Perayaan Ekaristi yang khidmat yang akan berlangsung pada tanggal 10 September akan diadakan di lokasi yang strategis, yaitu lapangan terbuka Taci Tolu di Dili, yang akan mempertemukan umat beriman Timor Leste dan sejumlah peziarah dari Indonesia dan Australia. Sekitar 700.000 orang diperkirakan akan berpartisipasi.

Selama kunjungannya di Dili, Paus juga akan bertemu dengan kaum muda di “Pusat Konvensi”; lebih dari 4.000 orang muda kemungkinan akan hadir. Paus juga akan bertemu dengan para pendeta, biarawan, seminaris, dan katekis di katedral Maria Dikandung Tanpa Noda. Ia kemudian akan bertemu dengan anak-anak penyandang disabilitas dari sekolah “Irmãs Alma”.

Kunjungan Paus ke Timor-Leste akan menjadi peristiwa penting untuk membangun iman dan menegaskan identitas budaya dan agama masyarakat Timor.

Tema utama kunjungan ini adalah: Semoga imanmu menjadi budayamu. Iman, sesungguhnya, merupakan salah satu pilar penting dalam perjuangan meraih kebebasan, yang membuat kita tidak kehilangan harapan di saat-saat penderitaan yang panjang.

Komisi liturgi telah mengedarkan doa singkat bagi paroki, komunitas religius, dan rumah pembinaan religius untuk diucapkan setelah Misa harian dan Misa Minggu. Doa ini ditujukan untuk kunjungan dan kesehatan Paus Fransiskus.

Mengenai tema yang dipilih untuk kunjungan tersebut, tujuan Konferensi Waligereja Timor-Leste adalah untuk membantu agar iman Kristen hidup dan bertumbuh dengan lebih bergairah di hati masyarakat Timor-Leste.

Para uskup telah menyelenggarakan beberapa pertemuan untuk memberikan informasi dan pembinaan kepada umat beriman dari tiga Keuskupan di Timor-Leste: Dili, Baucau, dan Maliana. Tema pembinaan dan katekese dikaitkan dengan keutamaan Paus dan Paus Fransiskus sebagai pribadi.

Tujuannya justru untuk membantu umat beriman memperdalam pemahaman mereka tentang keutamaan Paus dan ajaran Paus Fransiskus, tetapi juga untuk mendorong mereka untuk menyelaraskan iman dan budaya setempat.

Di luar kegiatan pembentukan di setiap keuskupan, Komisi Episkopal juga telah menyelenggarakan dua seminar akademis dan retret nasional, dengan tujuan untuk mendalami lebih jauh tema kunjungan Paus.

Pembicara internasional dari Indonesia dan Filipina turut hadir, begitu pula pembicara nasional yang menyampaikan gagasan mereka sendiri. Tema seminar akademik pertama adalah: Budaya Asia dan iman Kristen. Ada tiga pembicara: Romo Leo Kleden dari Verbite Indonesia; Domingos Maia, guru besar di Universitas Katolik Timor-Leste; dan Romo Isidorus Yoseph Djawa, misionaris Fransiskan dan guru besar di Institut Filsafat dan Teologi “Dom Jaime Garcia Goulart” di Dili.

Tema seminar akademik kedua adalah: Iman Kristen dalam konteks multikulturalPembicaranya adalah: dari Indonesia, Romo Jesuit Frans Magnis-Suseno; dari Filipina, Dr. Estella Padilla, dan Dr. Benjami Cortereal, profesor di universitas nasional Timor-Leste. Terakhir, pada tanggal 31 Agustus, retret nasional akan dipimpin oleh Romo Antonius Eddy Kristiyanto, OFM.

Gereja di Timor-Leste berharap kehadiran Paus Fransiskus akan membawa kedamaian dan harapan bagi umat Kristiani dan mengubah mereka secara batin.

Gereja setempat juga berharap bahwa dengan kehadiran Paus di antara kita, umat beriman Katolik akan memahami iman mereka, merayakannya dan menjadi saksi dalam kehidupan sehari-hari.

Iman Kristen harus menjadi budaya di hati umat Kristen Katolik di negara ini, sebagaimana dikatakan Paus Fransiskus dalam pidatonya kepada para uskup Timor Leste pada kesempatan peringatan Hari Kemerdekaan. batas batas kunjungan ke Vatikan, pada 17 Maret 2014.

Pada kesempatan itu, Paus juga berdoa agar Gereja di Timor-Leste dapat menyebarkan budaya dan menginkulturasikan Injil dalam konteks lokal, sehingga iman dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari umat Katolik Timor-Leste.

Sumber