Menciptakan budaya dialog yang saling menghormati di Petaluma

Enam tahun lalu, Petaluma berada di tengah perdebatan sengit mengenai “Fine Balance,” sebuah instalasi seni publik yang menampilkan bak mandi yang bertengger di atas panggung. Dimaksudkan sebagai simbol keseimbangan dan renggangnya hubungan antara manusia dan alam, instalasi tersebut justru menjadi titik fokus perpecahan dalam masyarakat.

Beberapa orang melihatnya sebagai sebuah mahakarya yang kreatif, sementara yang lain mengkritiknya dengan keras.

Kontroversi ini menjadi sangat panas di ruang online, dimana pertukaran antar anggota komunitas dengan cepat berubah menjadi racun. Sungguh mengejutkan melihat betapa mudahnya orang menyerang satu sama lain ketika terlindung oleh jarak internet.

Karya seni tersebut, alih-alih mendorong dialog tentang seni dan perannya di ruang publik, justru menyoroti betapa terpolarisasinya kita dan betapa jahatnya kita terhadap sesama anggota komunitas. Saya melihat teman-teman saya – orang-orang yang saya hormati dan kasihi – bersikap buruk terhadap teman-teman saya yang lain, dan sebaliknya, teman-teman tersebut juga bersikap buruk.

Sebagai tanggapan, saya – bersama dengan profesional komunikasi Lou Zweier – memutuskan untuk mengambil tindakan. Saya menutup Aqus Café pada suatu malam dan mengundang sekitar 30 orang – beberapa mendukung instalasi dan sebagian tidak – untuk terlibat dalam dialog tatap muka.

Meskipun banyak dari mereka yang hadir pernah melakukan sparring secara online, sebagian besar belum pernah bertemu langsung.

Kami membagi peserta menjadi kelompok yang terdiri dari enam orang di sekitar meja – tiga mendukung dan tiga menentang. Formatnya sederhana – setiap orang bergiliran mengungkapkan sudut pandangnya, dan anggota kelompok lainnya akan merefleksikan kembali apa yang mereka dengar. Proses ini memperlambat pembicaraan dan sering kali mengungkapkan kesalahpahaman yang memerlukan klarifikasi, sehingga mendorong tingkat pemahaman yang lebih dalam.

Tujuan dari pertemuan ini bukanlah untuk membujuk satu pihak kepada pihak lainnya. Sebaliknya, itu adalah untuk memahami satu sama lain.

Di akhir pembicaraan dan mendengarkan malam itu, sesuatu yang luar biasa terjadi. Orang-orang yang pernah berselisih satu sama lain secara online berdiri, berjabat tangan, dan bahkan tertawa bersama. Salah satu peserta berkomentar, “Anda jauh lebih baik secara langsung dibandingkan saat online,” sebuah sentimen juga diamini oleh peserta lainnya.

Momen ini mengkristal bagi saya akan pentingnya percakapan tatap muka, yang berujung pada lahirnya Percakapan Petaluma.

Saat ini, apa yang awalnya hanya terjadi satu kali telah berkembang menjadi rangkaian reguler.

Selama enam tahun terakhir, Petaluma Conversations telah memberikan ruang bagi komunitas untuk terlibat dalam dialog yang saling menghormati mengenai berbagai topik, mulai dari seni hingga politik. Hal ini sudah menjadi hal yang biasa dalam komunitas kita, menarik peserta yang berkomitmen untuk memahami sudut pandang satu sama lain, bahkan ketika mereka berbeda pendapat.

Dalam iklim saat ini, yang ditandai dengan persaingan politik yang penuh emosi baik di tingkat nasional maupun lokal, kebutuhan akan wacana sipil semakin besar. Platform online dan algoritmanya sering kali memperkuat naluri terburuk kita, dimana reaksi dan komentar yang cepat dapat memicu kesalahpahaman dan permusuhan.

Harapan saya adalah kita dapat menciptakan budaya dialog yang saling menghormati, meluangkan waktu untuk benar-benar mendengarkan satu sama lain. Percakapan Petaluma berfungsi sebagai pengingat bahwa meskipun kita tidak selalu sepakat, kita masih dapat melihat rasa kemanusiaan satu sama lain dan mungkin menemukan titik temu melalui interaksi tatap muka – sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh dunia kita yang terpolarisasi.

Kami mengundang komunitas untuk menghadiri satu atau lebih sesi kami, yang diadakan setiap hari Selasa di bulan Oktober mulai pukul 17.30 hingga 19.30 di Pusat Komunitas Petaluma (bukan perpustakaan, karena tutup). Ini adalah acara gratis yang terbuka untuk umum.

Untuk berpartisipasi, silakan RSVP di www.aqus.com/talk.

John Crowley adalah pemilik Aqus Cafe dan direktur eksekutif organisasi nirlaba Aqus Community Foundation

Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here