AirAsia Indonesia bidik pertumbuhan armada besar hingga 2031

Indonesia AirAsia (QZ, Jakarta Soekarno Hatta) berencana untuk menambah armadanya dari yang sekarang berjumlah 25 pesawat menjadi 100 pesawat pada tahun 2031 dan sedang menjajaki berbagai sumber pendanaan, baik dari masyarakat melalui bursa saham maupun lembaga perbankan, untuk menjamin hal ini, demikian disampaikan kepada wartawan dalam jumpa pers di Jakarta pada tanggal 5 September.

Peningkatan armada merupakan salah satu dari beberapa strategi Modal A CEO Tony Fernandes mengatakan akan memperkuat posisi pasar maskapai berbiaya rendah selama sisa dekade ini, yang juga mencakup penguatan kemitraan bersama dengan Garuda Indonesia Grouppemilik Garuda Indonesia Dan Citilinkdan membangun hanggar untuk mendukung bisnis MRO di negara tersebut.

Menurut armada penerbangan ch modul, Indonesia AirAsia mengoperasikan tiga puluh dua Pesawat A320-200s. Namun, delapan di antaranya adalah AOG. Maskapai ini terbang ke 23 bandara di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Australia, Brunei, dan Kamboja.

Fernandes juga hadir dalam acara media terkelola tersebut dengan serangkaian proposal yang ingin disampaikannya kepada pemerintah Indonesia, termasuk seruan untuk mengurangi pajak dan bea atas bahan bakar, penjualan tiket, dan suku cadang pesawat.

“Harga bahan bakar jet di Indonesia adalah yang tertinggi di ASEAN, sekitar 28% lebih tinggi daripada di negara-negara tetangga,” katanya, seraya menyebut pajak bahan bakar dan tiket sebagai “pajak ganda.” Ia mengatakan penyelesaian masalah itu dan penghapusan bea masuk untuk suku cadang pesawat akan “secara signifikan mengurangi” biaya operasional Indonesia AirAsia dan menghasilkan harga tiket yang lebih rendah bagi penumpang, yang pada gilirannya akan merangsang permintaan dan memberikan manfaat menyeluruh bagi perekonomian Indonesia.

“Wisatawan, industri, suku cadang, semuanya kena pajak,” katanya, “padahal kami sudah beberapa tahun berdiskusi dengan Kementerian Keuangan agar pajak impor suku cadang dihapuskan.”

Fernandes juga mengatakan maskapai perlu mengumpulkan sekitar USD80 juta untuk mendanai pesawat tambahan. Ia mengatakan USD50 juta akan diperoleh melalui pasar modal dan sisanya USD30-40 juta bersumber dari pembiayaan bank. Namun, ia tidak dapat memberikan rincian tentang mekanisme penggalangan dana yang tepat, dengan mengatakan para bankirnya masih merampungkan rinciannya.

Sumber