Visi Widodo untuk ibu kota baru senilai US$32 miliar melibatkan transformasi lahan seluas 2.560 km persegi di Kalimantan Timur menjadi kota pintar hijau yang fungsional. Meskipun tampaknya menjadi lokasi yang sempurna untuk Olimpiade, para ahli mengatakan bahwa Nusantara tampaknya masih jauh dari siap untuk menjadi tuan rumah acara berskala besar.
Kemajuan proyek Nusantara berjalan lambat, dan para analis telah menyatakan kekhawatiran bahwa pemerintahan Prabowo yang baru mungkin akan mengalihkan fokus dari melanjutkan inisiatif andalan Widodo dan lebih mengutamakan komitmen kampanye pemimpin baru itu sendiri.
Menurut Yohanes Sulaiman, analis politik di Universitas Jenderal Achmad Yani di Jawa Barat, tawaran terbaru Indonesia untuk menjadi tuan rumah Olimpiade bisa jadi merupakan “langkah hubungan masyarakat” untuk meyakinkan investor akan komitmennya dalam mengembangkan Nusantara.
“Saya lebih cenderung berpikir bahwa ini hanyalah ucapan pemerintah untuk membuat orang berpikir bahwa kita akan segera pindah ke ibu kota baru,” kata Yohanes.
“Tapi kemungkinan kami terpilih sudah kecil karena tempatnya belum siap,” imbuhnya.
Label harga yang mahal
Indonesia telah menjadi tuan rumah banyak acara olahraga internasional dalam beberapa tahun terakhir, termasuk Piala Dunia U-17 Putra FIFA tahun lalu dan Piala Dunia Bola Basket Putra Fiba di Jakarta.
Menteri Erick yang juga Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Indonesia memimpin panitia penyelenggara Asian Games.
“(Erick) punya keinginan kuat untuk membawa Indonesia lebih berkiprah di kancah global lewat olahraga,” kata Ahmad Rizky Umar, dosen Sekolah Ilmu Politik dan Studi Internasional Universitas Queensland, Australia.
Umar mencatat bahwa Indonesia dapat memanfaatkan pengalamannya menjadi tuan rumah Asian Games, serta fasilitas yang sudah ada di Jakarta dan Palembang, untuk memperkuat tawaran Olimpiadenya – sebuah strategi yang lebih hemat biaya dan layak, katanya, daripada menjadi tuan rumah Olimpiade di Nusantara.
“Tidak ada jaminan bahwa Nusantara akan rampung pada tahun 2036,” katanya, seraya menambahkan bahwa ini adalah pertimbangan yang akan dibuat IOC ketika mereka memutuskan siapa pemenang tender, yang baru akan dilakukan dua tahun mendatang.
Para analis mempertanyakan apakah Indonesia memiliki kapasitas anggaran untuk melakukan upaya berbiaya tinggi tersebut, sambil memperingatkan bahwa menjadi tuan rumah Olimpiade biasanya menghasilkan sedikit atau tidak ada keuntungan bagi negara tuan rumah, dan dapat membebani keuangan nasional.
Saat Prabowo menjabat pada bulan Oktober, ia telah berjanji untuk melaksanakan skema mahal untuk menyediakan makanan gratis bagi 83 juta anak sekolah Indonesia – sebuah program yang diperkirakan menelan biaya 71 triliun rupiah (US$4,4 miliar) pada tahun 2025 dan hingga US$27 miliar setiap tahunnya jika dilaksanakan sepenuhnya pada tahun 2029.
Kegagalan FIFA
“Jangan campur adukkan politik dan olahraga,” tegas Erick dalam wawancara dengan This Week in Asia tahun lalu saat dimintai pendapatnya terkait kontroversi tersebut.
Menurut Umar, Indonesia mengizinkan keikutsertaan atlet Israel dalam kondisi khusus, “namun tetap ada risiko di kemudian hari mengingat tidak adanya hubungan diplomatik antara kedua negara.”
“Indonesia harus berhati-hati dalam menyikapi hal ini karena ini merupakan isu yang sensitif bagi pemerintah dan masyarakat,” imbuhnya.