Analisa: Prabowo Akan Bertemu Megawati Jelang Pelantikan – Akademisi

dia pertemuan yang ditunggu-tunggu antara presiden terpilih Prabu Subianto dan ibu pemimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri dilaporkan akan berlangsung sebelum Prabowo menjabat pada 20 Oktober. Pertemuan tersebut diyakini akan menghasilkan keputusan PDI-P apakah akan mendukung atau menentang pemerintahan yang akan datang. Hasil pertemuan tersebut dapat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap lanskap politik negara tersebut.

Namun, tanggal yang dijadwalkan untuk pertemuan yang ditunggu-tunggu ini masih belum diputuskan. Menurut wakil ketua partai Puan Maharani, yang merupakan putri Megawati, pertemuan tersebut diperkirakan akan berlangsung antara 12 dan 15 Oktober.

Namun, Prabowo tampaknya enggan memastikan tanggalnya. Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani, yang juga Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), mengatakan tanggal berapa pun tidak masalah, bahkan setelah Prabowo mulai menjabat pada 20 Oktober.

Pengurus PDI-P Olly Dondokambey dan Deddy Sitorus sama-sama menyatakan keinginan mereka agar partai tersebut bergabung dengan koalisi besar yang dipimpin oleh Prabowo. Hal ini tidak hanya akan memberikan kursi kabinet menteri kepada partai, namun juga menciptakan keselarasan antara lembaga legislatif dan eksekutif, mengingat Puan terpilih kembali untuk memimpin DPR selama lima tahun ke depan.

Namun para pakar politik menilai PDI-P lebih mampu menjaga checks and balances pemerintahan dengan berperan sebagai kekuatan oposisi, karena mayoritas partai politik sudah tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM). Bahkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang merupakan satu-satunya partai yang tetap mempertahankan oposisi terhadap pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo, telah bergabung dengan KIM untuk membentuk aliansi yang lebih luas, KIM Plus, untuk pemilihan kepala daerah pada bulan November.

Jika PDI-P juga bergabung dengan koalisi pemerintah, pemerintahan Prabowo pada dasarnya tidak akan mendapat perlawanan. Meskipun di satu sisi, para politisi dalam koalisi berpendapat bahwa kondisi seperti itu akan sangat kondusif bagi implementasi program dan kebijakan pemerintah yang efisien, namun hal ini juga akan memperburuk kemunduran demokrasi di negara ini, menurut Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro.

Setiap hari Kamis

Baik Anda ingin memperluas wawasan atau terus mengetahui perkembangan terkini, “Viewpoint” adalah sumber sempurna bagi siapa pun yang ingin terlibat dengan isu-isu yang paling penting.

untuk mendaftar buletin kami!

Silakan periksa email Anda untuk berlangganan buletin Anda.

Lihat Buletin Lainnya

Absennya oposisi berisiko menghilangkan konsultasi publik dalam pengambilan kebijakan, seperti yang sering terjadi pada periode kedua Presiden Jokowi dan pada masa Orde Baru di bawah Soeharto, mantan mertua Prabowo.

Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here