Apa Isi Tawa Seorang Politikus? Sebuah Studi Baru Mengatakan Banyak Hal

Untuk setiap lima gambar Wakil Presiden Kamala Harris Di internet, setidaknya ada empat foto yang memperlihatkan dia tertawa. Tawa Harris selalu menjadi aspek kepribadiannya yang terkenal, tetapi hal itu telah menjadi topik pembicaraan yang viral menjelang pemilihan umum mendatang. Baru-baru ini, mantan Presiden Donald Trump mengkritik tawa Harris dengan menyebutnya sebagai “Kamala yang tertawa“Meskipun komentar ini tidak diterima dengan baik oleh para pemilih, namun membuka percakapan tentang dampak dari tingkah laku gembira calon presiden dari Partai Demokrat.

Tertawa mungkin adalah obat mujarab, tetapi dalam konteks politik, sebuah studi baru menunjukkan bahwa tertawa juga dapat memiliki tujuan yang lebih rumit. Dalam dunia politik yang sering kali menegangkan, di mana setiap tindakan dan ketidakaktifan dikritik secara ketat, tawa seorang politisi dapat menjadi alat yang sangat efektif.

Kekuatan Humor dan Pesona dalam Politik

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa humor, pesona dan keberanian yang luar biasa merupakan salah satu sifat yang berkontribusi pada keberhasilan politik dan daya tarik publik. Harris, yang dikenal karena tawanya yang karismatik, memiliki watak yang memikat yang dapat membantunya menjembatani kesenjangan dan terhubung dengan para pemilih yang skeptis terhadap pencalonannya sebagai presiden pada tahun 2024.

Menurut Bill Jones, mantan profesor kehormatan studi politik di Liverpool Hope University, humor memainkan peran penting dalam keberhasilan politik.

“Kami memaafkan orang-orang yang membuat kami tertawa, dan dapat dikatakan bahwa Boris Johnson mendasarkan gaya politiknya sebagian besar pada kemampuannya untuk menghibur para pemilih: dalam menghibur mereka, ia menghindari membuat politik menjadi membosankan seperti yang dipikirkan mayoritas,” kata Jones.

Penelitian tentang Karisma dan Penerimaan Publik

A belajar oleh Arizona State University menganalisis 350 pidato dari seluruh 50 gubernur AS antara Februari dan Mei 2020, pada puncak pandemi COVID-19. Para peneliti mengkodekan tingkat karisma dalam pidato-pidato tersebut dan menemukan bahwa tingkat karisma yang lebih tinggi secara signifikan memengaruhi perilaku publik. Secara khusus, gubernur yang menunjukkan lebih banyak karisma dalam pidato mereka melihat kepatuhan yang lebih besar terhadap permintaan mereka agar orang-orang tetap di rumah.

Pengaruh pesona dan humor pada keterlibatan pemilih sudah ada sejak ratusan tahun lalu di Yunani dan Roma kuno, dengan pembicara publik yang hebat seperti Cicero dan Demosthenes yang menarik kekaguman atas pidato dan keterlibatan mereka yang fasih. Demikian pula, mantan presiden seperti John F. Kennedy, Ronald Reagan, dan Barack Obama secara luas dianggap sebagai beberapa presiden paling karismatik yang pernah ada di Amerika Serikat selama lima dekade terakhir karena pesona dan pidato mereka.

Penggunaan Tawa Secara Strategis dalam Politik

Meskipun humor, pesona, dan karisma tidak sama dengan kepemimpinan yang baik, sifat-sifat tersebut dapat memperkuat daya tarik publik seorang politisi dan menarik minat pemilih. Manusia secara alamiah terhubung dengan orang yang mereka sukai, dan kemampuan seorang politisi untuk disukai, terutama selama musim kampanye, dapat berarti lebih dari sekadar momen kegembiraan yang singkat; hal itu juga dapat menjadi alat strategis untuk memengaruhi persepsi publik dan keberhasilan politik. Hal itu juga dapat menjadi mekanisme yang membantu membentuk perjalanan politik mereka, terutama di tingkat permukaan, sehingga membuat mereka tampak lebih mudah dipahami dan dipercaya.

Seorang tokoh politik seperti Trump juga mendapat dukungan dari para pemilih intinya dengan menyesuaikan karismanya dengan demografi pemilih tertentu yang menganggapnya menyenangkan.

Tawa Harris—di antara yang lainnya momen viral—telah menunjukkan bagaimana pesona, keterampilan komunikasi, dan karisma dapat bekerja sama untuk menciptakan hubungan dengan para pemilih. Menjelang hari pemilihan, akan menarik untuk melihat kandidat mana yang mengandalkan karisma sebagai bagian dari strategi kampanye mereka.

Sumber