Awan abu setinggi 6.500 kaki naik saat Gunung Lewotobi meletus di Indonesia

Letusan gunung berapi di Gunung Lewotobi Laki Laki di Pulau Flores yang terpencil di Indonesia telah mengakibatkan kematian sedikitnya enam orang dan memaksa ribuan orang mengungsi.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), letusan gunung berapi semakin intensif, abu vulkanik dan puing-puing menyelimuti desa-desa terdekat, membakar rumah-rumah, dan bahkan berdampak pada sebuah biara.

Letusan yang dimulai minggu lalu, meningkat setelah tengah malam pada hari Senin, mengirimkan abu tebal berwarna kecoklatan setinggi 6.500 kaki (2.000 meter) ke udara.

Firman Yosef, seorang pejabat di pos pemantauan Gunung Lewotobi Laki Laki, membenarkan bahwa abu panas menghujani desa terdekat, membakar bangunan, termasuk sebuah biara, kata seorang Berita AP laporan.

Badan pemantau gunung berapi di negara tersebut telah menaikkan status waspada gunung berapi tersebut ke tingkat tertinggi, memperluas zona eksklusi menjadi radius 4,3 mil (7 kilometer) di sekitar gunung berapi.

Memperluas zona bahaya dan meningkatkan tingkat kewaspadaan

Mengikuti peningkatan letusanBadan Pemantau Gunung Api Indonesia menggandakan zona eksklusi di sekitar Gunung Lewotobi Laki Laki pada Senin pagi. Dengan semakin seringnya letusan, para pejabat menaikkan status waspada ke tingkat tertinggi untuk melindungi warga dan memantau aktivitas gunung berapi yang tidak dapat diprediksi.

Laporan menunjukkan bahwa sekitar 10.000 orang terkena dampaknya letusankhususnya di Distrik Wulanggitang yang meliputi enam desa: Pululera, Nawokote, Hokeng Jaya, Klatanlo, Boru, dan Boru Kedang.

Di kabupaten tetangga, desa-desa di Ile Bura dan Titehena juga mengalami dampak yang parah abu vulkanik dan puing-puing yang menyelimuti seluruh komunitas.

Situasi pasca erupsi gunung api jantan lewotobi pada Minggu 3 November 2024. Kredit Gambar: BPBD Kabupaten. Flores Timur

Yosef membenarkan bahwa material vulkanik telah terlempar hingga 3,7 mil (6 kilometer) dari kawah Gunung Lewotobi Laki Laki, dan lapisan abu vulkanik kini menutupi rumah dan jalan di desa-desa yang terkena dampak.

“Para biarawati kami lari karena panik di bawah hujan abu vulkanik dalam kegelapan,” kata Agusta Palma, kepala Yayasan Saint Gabriel, menggambarkan kekacauan dan ketakutan saat abu tebal mengguyur sebuah biara di desa Hokeng. Tragisnya, seorang biarawati di Hokeng meninggal, dan seorang lagi masih hilang, AP BaruS dilaporkan.

Aktivitas Ring of Fire terus menimbulkan risiko

Letusan Gunung Lewotobi Laki Laki menyusul setelah letusan besar lainnya peristiwa vulkanik di Indonesia. Baru minggu lalu, Gunung Marapi di Sumatera Barat meletus tiga kali, menyelimuti desa-desa terdekat dengan abu namun untungnya tidak menimbulkan korban jiwa.

Indonesia berada di puncak Cincin Api Pasifik, sebuah wilayah pertemuan beberapa lempeng tektonik, yang menyebabkan tingginya aktivitas seismik dan vulkanik.

Tahun ini saja, Indonesia telah mengalami beberapa kali letusan gunung berapi. Pada bulan Mei, Gunung Ibu di Pulau Halmahera memaksa evakuasi dari tujuh desa.

Gunung berapi Ruang di Sulawesi Utara meletus pada bulan yang sama, menyebabkan perpindahan 12.000 penduduk. Banjir bandang dari aliran lahar dingin Gunung Marapi secara tragis merenggut lebih dari 60 nyawa awal tahun ini setelah hujan lebat memicu tanah longsor dan aliran puing.

Letusan baru-baru ini di Pulau Flores menyoroti kerentanan Indonesia terhadap ancaman gunung berapi dan seismik. Badan penanggulangan bencana telah melaporkan kesulitan dalam memperkirakan tingkat kerusakan dan korban jiwa, dan laporan lokal menunjukkan bahwa lebih banyak orang mungkin terjebak di bawah rumah yang runtuh.

Video dan foto yang beredar di media sosial menunjukkan kerusakan parah di Hokeng, dengan puing-puing vulkanik mencapai atap di beberapa daerah dan membakar rumah-rumah. Pihak berwenang berupaya membantu warga yang terkena dampak sambil memantau Gunung Lewotobi Laki Laki untuk aktivitas lebih lanjut.

Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here