Bagaimana Trump Bisa Menganiaya Musuh Politiknya

Sudah menjadi hal biasa bagi Donald Trump untuk berbicara tentang bagaimana ia akan menggunakan Departemen Kehakiman untuk menghukum musuh-musuhnya jika ia kembali menjabat sebagai presiden. Dia secara rutin menyerukan penuntutan lawannya saat ini, Wakil Presiden Kamala Harris, dan sering menuduh dia dan Presiden Biden mempersenjatai Departemen Kehakiman untuk melawannya. Meskipun tidak ada bukti bahwa Biden atau Harris terlibat dalam dakwaan yang dihadapi Trump, terkait pemilu tahun 2020 dan kesalahan penanganan dokumen rahasia, ia sering menegaskan bahwa kasus-kasus ini membenarkan rencananya untuk melakukan pembalasan.

Ancaman Trump menimbulkan pertanyaan tentang pembatasan apa yang bisa menghalanginya untuk menindaklanjuti hal tersebut. Sejak Watergate, ketika Richard Nixon mengundurkan diri di bawah ancaman pemakzulan karena ikut campur dalam penyelidikan FBI, presiden Amerika telah bersusah payah menjauhkan Gedung Putih dari keputusan Departemen Kehakiman mengenai siapa yang harus diselidiki dan diadili. (Pengecualiannya adalah Trump pada masa jabatan pertamanya.)

Namun hanya norma dan preseden, bukan undang-undang, yang mencegah hal ini. Dalam sistem kita, Jaksa Agung dan Direktur FBI berada di dalam lembaga eksekutif dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Bagaimana sebenarnya penuntutan yang bermotif politik bisa terjadi? Langkah-langkah di bawah ini menunjukkan dengan tepat bagaimana Trump dapat mewujudkan ancamannya—sambil tetap berada dalam batasan konstitusi mengenai kekuasaan presiden.

Langkah 1
Tunjuk Loyalis

Langkah 2
Investigasi Terbuka — atau Pengaruhi Mereka

Ketika Trump memiliki loyalis di posisi-posisi penting, mereka dapat mulai mengambil tindakan yang pada awalnya tidak dapat dihentikan oleh cabang pemerintahan lainnya. Eksekutifnya cepat. Peradilan lambat. Dan Kongres tidak memiliki peran langsung dalam kasus pidana.

Jika jaksa memutuskan bahwa mereka mempunyai cukup bukti untuk mendukung tuntutan pidana, maka mereka akan mengajukan dakwaan kepada dewan juri. Itu berarti membawa kasus mereka ke pengadilan.

Langkah 3
Arahkan Kasus ke Hakim yang Menguntungkan

Sebagai cabang pemerintahan yang independen, lembaga peradilan berfungsi sebagai pengawas kekuasaan presiden dan Departemen Kehakiman. Namun, para jaksa penuntut dapat mencoba meningkatkan peluang keberhasilan mereka dengan mengaitkan fakta-fakta kasus tersebut ke yurisdiksi di mana para hakim (dan kelompok juri) dianggap partisan, dan mengajukan tuntutan di sana.

Jika hakim tidak melakukan hal tersebut, dan kasus tersebut dibawa ke pengadilan, bukti pemerintah akan diperlihatkan kepada publik untuk pertama kalinya, dan hakim serta juri akan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan bukti tersebut.

Jika persidangan menghasilkan pembebasan, kasus tersebut akan selesai dan penuntut tidak dapat mengajukan banding. Jika terdakwa terbukti bersalah, terbuka jalan untuk mengajukan banding atas putusan tersebut.

Langkah 4
Banding Terhadap Putusan yang Merugikan — Akhirnya ke Mahkamah Agung

Langkah 5
Gunakan Kekuatan Pengampunan

Bagaimana jika beberapa pejabat DOJ ragu untuk mengikuti perintah Trump karena takut dituntut atas kejahatan seperti menghalangi keadilan? Trump memiliki kartu penting untuk meredakan ketakutan mereka: Dia dapat meminta Konstitusi untuk mengampuni siapa pun yang dia pilih.

Presiden Amerika adalah orang yang paling berkuasa di dunia. Dalam pemerintahan mana pun, ia mempunyai beberapa cara untuk menggunakan kekuasaannya secara jahat demi mencapai tujuan politiknya. Seorang presiden dapat memerintahkan pasukannya untuk meredam protes, misalnya, atau dapat menentang perintah pengadilan.

Namun Trump sudah sangat jelas, baik dalam catatan maupun retorikanya, dalam memerintahkan penyelidikan kriminal. Seperti yang dikatakan Jaksa Agung Robert Jackson dalam pidatonya yang penting pada tahun 1940, “Jaksa memiliki kendali lebih besar atas kehidupan, kebebasan, dan reputasi dibandingkan orang mana pun di Amerika.”

Kerentanan orang-orang yang berada di bawah kekuasaan penuntutan yang tidak adil – dengan sedikit perlindungan pada awalnya dan tidak ada jaminan sama sekali – dapat menandakan kehancuran yang lebih besar di masa depan. Jika masyarakat melihat Departemen Kehakiman sebagai pihak yang berkompromi, apakah para saksi dan informan akan terus bekerja sama? Akankah juri dan hakim mempercayai jaksa di pengadilan? Seorang presiden yang menyalahgunakan undang-undang dapat menghancurkan kehidupan – dan mengguncang sistem hingga ke akar-akarnya.

Sumber