Delegasi Papua Nugini Belajar dari Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia

Wakil Perdana Menteri John Rosso memimpin delegasi kecil Papua Nugini pada hari Senin, 19 Agustus 2024, ke pertemuan penting dengan manajemen Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) di Gresik, Surabaya, Indonesia. Kunjungan ini merupakan bagian dari serangkaian kerja sama yang lebih luas yang bertujuan untuk menarik perdagangan dan investasi ke Papua Nugini oleh perusahaan-perusahaan Indonesia. Prakarsa ini merupakan tindak lanjut dari diskusi tingkat tinggi baru-baru ini antara Presiden Indonesia, Bapak Joko Widodo, dan Perdana Menteri PNG, James Marape.

Indonesia, tetangga terdekat PNG, merupakan salah satu negara ekonomi pasar berkembang di dunia dan terbesar di Asia Tenggara. Sebagai negara berpendapatan menengah ke atas dan anggota G20, Indonesia tergolong negara industri baru. PDB nominal Indonesia mencapai US$1,371 triliun pada tahun 2023, Indonesia merupakan ekonomi terbesar ke-16 di dunia berdasarkan PDB nominal dan terbesar ke-7 dalam hal PDB (PPP).

Delegasi PNG termasuk Menteri Perdagangan dan Investasi Internasional Richard Maru, Menteri Tenaga Kerja Kessy Sawang, Gubernur Madang Ramsey Pariwa, Sekretaris Perdagangan dan Investasi Internasional Jacinta Warakai-Manua, pejabat dari Badan Usaha Milik Negara, Duta Besar PNG untuk Indonesia HE Simon Namis, dan staf kedutaan.

Selama kunjungan tersebut, delegasi menerima pengarahan mendalam dari manajemen JIIPE, bersama dengan perwakilan dari perusahaan tambang PT Freeport Indonesia. Pengarahan tersebut memberikan wawasan tentang operasi proyek unggulan Indonesia ini, diikuti dengan kunjungan ke KEK.

JIIPE ditetapkan sebagai KEK oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2021, menjadikannya sebagai proyek strategis nasional yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan industri. KEK ini menawarkan konektivitas yang unggul melalui transportasi multimoda, pelabuhan laut dalam yang terhubung, layanan utilitas lengkap satu atap, izin lingkungan, dan izin konstruksi yang dipercepat. Atribut-atribut ini, bersama dengan ketersediaan utilitas penting seperti pembangkit listrik, air tawar industri, pengelolaan limbah, pasokan gas, dan jaringan telekomunikasi, telah menjadikan JIIPE sebagai tujuan investasi utama di Indonesia. KEK saat ini menampung lebih dari 17 penyewa, termasuk Bank Indonesia dan PT Freeport Indonesia.

Wakil Perdana Menteri Rosso menekankan pentingnya pertemuan tersebut, khususnya dalam konteks upaya pengembangan KEK PNG di seluruh negeri, termasuk di Madang untuk perikanan dan nikel, dan di Lae untuk Tambang Wafi-Golpu. Ia mengemukakan relevansi pengalaman Indonesia dengan ambisi PNG.

“Anda (Indonesia) telah menempuh jalur itu (pengembangan KEK), belajar dari kesalahan Anda, dan Anda akan dapat mengajari kami. KEK di sini mereplikasi apa yang kami coba pahami dan capai di dua pelabuhan kami (Madang dan Lae),” kata Wakil Perdana Menteri Rosso.

“Banyak kemiripannya dengan dua KEK yang tengah kami coba bangun di PNG: Satu di Madang, tempat kami memiliki tambang nikel, dan kota asal saya, Lae, yang seperti Surabaya, merupakan kota terbesar kedua dan pusat industri di PNG.”

Menteri Maru, yang mengawasi pengembangan KEK di PNG, menyoroti keselarasan antara pengalaman KEK Indonesia dan tujuan PNG untuk pengembangan KEK.

“Di Madang, sudah tersedia lahan dan pelabuhan laut dalam, yang menjadikannya lokasi ideal untuk pengembangan kawasan ekonomi khusus untuk perikanan dan industri lainnya,” kata Menteri Maru.

“Kami juga ingin membangun pabrik peleburan di Lae sehingga emas dan mineral lain dari Wafi-Golpu, serta tambang lain di seluruh negeri, dapat diolah di KEK ini. Hal ini juga dapat menciptakan ribuan lapangan kerja baru,” tambah Menteri Maru.

“Pengalaman Indonesia membuka mata PNG akan apa yang dapat dicapai, dan yang terbaik dari semuanya, mereka bersedia membantu kami.”

Wakil Perdana Menteri John Rosso ditunjukkan pelabuhan laut dalam oleh pejabat KEK Indonesia

Sumber