Saat Indonesia menyambut kunjungan Paus Fransiskus, seorang pendeta Indonesia, yang merupakan pejabat di Departemen Dialog Antaragama, berbicara tentang pentingnya Perjalanan Apostolik ke-45 Paus di luar negeri.
Oleh Linda Bordoni
Perjalanan Apostolik Paus Fransiskus ke-45 ke luar negeri, yang membawanya ke empat negara di Asia dan Oseania, antara lain mengunjungi Indonesia, tempat 87% penduduknya beragama Islam.
Indonesia juga merupakan negara yang memiliki kolaborasi antar agama yang mendalam, masyarakat pluralistik yang menerapkan prinsip-prinsip “Pancasila”memberikan dasar bagi keharmonisan, kepedulian, dan rasa hormat terhadap orang lain.
Lahir di pulau Flores yang indah di Indonesia, Romo Marcus Solo Kewuta, SVD, adalah seorang pejabat di Departemen Dialog Antaragama dan memiliki pengalaman luas bekerja dalam hubungan antaragama, khususnya antara umat Katolik dan Muslim di Asia dan Pasifik.
Dialog Antar Agama di Indonesia
Dalam wawancara menjelang Perjalanan Apostolik, Romo Marcus menggarisbawahi pentingnya dialog antaragama di negaranya, yang katanya, sangat dicirikan oleh keberagamannya.
“Indonesia adalah negara yang sangat plural, masyarakatnya plural, dan bangsanya plural,” jelasnya, seraya menekankan kemajemukan negara ini yang sangat mengesankan, dengan 17.000 pulau dan beraneka ragam suku bangsa, agama, dan bahasa.
Keberagaman ini, katanya, membutuhkan keterlibatan sehari-hari dalam dialog antaragama, yang mencakup berbagai bentuk seperti “dialog kehidupan, dialog kolaborasi, dialog pertukaran spiritual, dan dialog refleksi teologis.”
“Dan juga, sebagaimana dikatakan dengan tepat oleh Paus Yohanes Paulus II, ada pula dialog hati, dan semua jenis dialog semacam itu terjadi di Indonesia setiap hari,” ungkapnya.
Salah satu hal yang menjadi sorotan dalam kunjungan Paus Fransiskus adalah acara dan penandatanganan deklarasi bersama di Masjid Istiqlal Jakarta, yang melambangkan pentingnya, bagi bangsa dan Paus, dalam memupuk saling pengertian dan perdamaian.
Kehadiran Paus, lanjutnya, menggarisbawahi pentingnya dialog antaragama “dan pada saat yang sama memberi kita inspirasi untuk melakukannya dengan cara yang lebih baik.”
“Saya pribadi sangat gembira bahwa Program Dialog Antaragama benar-benar menjadi inti kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia,” ujarnya.
Pancasila: Dasar Persatuan Indonesia
Elemen penting dalam pendekatan Indonesia terhadap kerukunan antaragama adalah konsep Pancasila, landasan filosofis negara.
Romo Marcus menjelaskan bahwa Pancasila ditetapkan oleh Bapak Pendiri Negara, Sukarno, pada tahun 1945, dan terdiri dari lima pilar: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Bersifat Sosial, Persatuan Indonesia, Demokrasi Sosial, dan Keadilan Sosial.
“Pancasila itu lima pilar. Dan Pancasila itu dasar filsafat dasar berbangsa dan bernegara. Itu juga sudah terintegrasi dalam konstitusi negara kita,” katanya.
Pilar-pilar ini tidak hanya menjadi pedoman tata kelola negara, tetapi juga mendorong terciptanya identitas bersama di antara warga Indonesia, terlepas dari latar belakang agama atau etnis mereka. Paus Fransiskus akan menghargai prinsip-prinsip ini, kata Romo Marcus: “Saya yakin Paus Fransiskus akan sangat menghargai hal itu atas apa yang telah dilakukannya.”
Tantangan bagi kohabitasi antar agama
Meskipun Indonesia sering disebut sebagai model keberhasilan hidup berdampingan antaragama, Romo Marcus mengakui tantangan yang ditimbulkan oleh meningkatnya intoleransi dan fundamentalisme radikal.
“Tidak selalu mudah untuk hidup dalam masyarakat yang majemuk dan saling bertentangan agama seperti Indonesia,” akunya sambil menjelaskan bahwa meskipun sebagian besar umat Islam Indonesia berpikiran terbuka dan inklusif, seperti yang diwakili oleh organisasi-organisasi seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, ada beberapa elemen dalam masyarakat yang menentang integrasi budaya lokal dan mendorong terjadinya perpecahan.
Kunjungan Paus Fransiskus, katanya, datang pada saat yang krusial, menawarkan kesempatan untuk memperkuat nilai-nilai toleransi dan persatuan.
Peran Gereja Katolik
Meskipun merupakan kelompok minoritas, Gereja Katolik di Indonesia “sangat hidup dan penuh semangat,” kata Romo Marcus, menggambarkan kebaktian dan acara yang sering kali dipenuhi umat.
Ia mencatat bahwa pembangunan Basilika Katolik yang megah di ibu kota baru Nusantara di Pulau Kalimantan menjadi bukti kenyataan tersebut.
Ia juga mencatat bahwa Katedral Bunda Maria Diangkat ke Surga di Jakarta terletak persis di seberang jalan dari masjid terbesar di Jakarta. Kedekatan ini dan hubungan fisik antara katedral dan masjid melalui “Terowongan Persahabatan”, katanya, menjadi simbol kuat persaudaraan agama dan rasa saling menghormati.
Karya Departemen Dialog Antaragama
Peran Romo Marcus di Departemen Dialog Antaragama meliputi pembinaan hubungan dengan organisasi-organisasi keagamaan di seluruh dunia. Namun, ia menjelaskan, kompleksitas dinamika keagamaan internal Indonesia telah menghadirkan tantangan dalam membangun kerja sama terpadu dengan organisasi-organisasi Muslim di negara ini.
Kendati menghadapi tantangan-tantangan ini, ia menegaskan bahwa Departemen dan Takhta Suci tetap memelihara hubungan positif dengan umat Islam Indonesia.
“Dahulu, beberapa tokoh penting Indonesia menjalin hubungan baik dengan Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama di Vatikan dan kami secara rutin mengundang mereka untuk berpartisipasi dan menghadiri pertemuan internasional. Mereka datang dan berpartisipasi dengan gembira,” katanya. “Dan itu hanya untuk menggarisbawahi bahwa dialog antaragama sebenarnya adalah bagian dari kehidupan kita.”
Harapan atas kunjungan tersebut
Saat Indonesia menyambut Paus, Romo Marcus menyatakan keyakinannya bahwa Paus akan sangat terkesan dengan kekayaan budaya dan agama di negara ini.
“Ia akan melihat orang-orang, para wanita dengan jilbab dan kaum Muslim dengan berbagai jenis pakaian adat dan juga penganut Buddha dan Hindu. Ini adalah pluralitas. Ini adalah mosaik yang indah,” katanya, seraya menunjukkan bahwa kunjungan ini lebih dari sekadar acara seremonial; ini adalah penegasan kembali komitmen negara terhadap dialog dan persatuan antaragama.
Sambil menunjukkan bahwa Paus Fransiskus “selalu berjuang demi nilai-nilai perdamaian dan keharmonisan, keadilan, dan hidup bersama,” Romo Marcus mengungkapkan keyakinannya bahwa pengalaman itu akan menyentuh hatinya secara mendalam.
Paus, lanjut Romo Marcus, hadir bersama umat dari semua agama yang berbeda di Indonesia, umat yang telah sepenuhnya mengadopsi praktik silaturahmi yang berarti “bertemu satu sama lain, untuk memajukan dan menghayati budaya perjumpaan, sebagaimana yang sering ditekankan oleh Paus Fransiskus sendiri.”