Diskriminasi yang dihadapi penduduk asli Papua 'bukanlah sesuatu yang baru' – laporan
Seorang mahasiswa Papua mengibarkan bendera Papua Barat, Bintang Kejora selama unjuk rasa di Jakarta, Indonesia, pada 28 Agustus 2019.


Foto: AFP/Andrew Gal

Rasisme, penyiksaan dan penangkapan sewenang-wenang adalah beberapa contoh diskriminasi yang dialami penduduk asli Papua selama 60 tahun terakhir di Indonesia, menurut laporan baru oleh Human Rights Watch.

Laporan, Kalau Bukan Rasisme, Apa Itu? Diskriminasi dan pelanggaran lainnya terhadap orang Papua di Indonesia mengatakan pemerintah Indonesia mengabaikan hak-hak dasar warga Papua, seperti pendidikan dan perawatan kesehatan yang memadai.

Peneliti Human Rights Watch Andreas Harsono mengatakan masyarakat Papua telah dipukuli, diculik, dan dilecehkan secara seksual selama lebih dari enam dekade.

“Saya sudah mendengar tentang rasisme sehari-hari ini sejak saya pertama kali punya teman Papua saat saya berusia 20-an di bangku kuliah. Artinya, selama 40 tahun terakhir, kisah seperti itu masih terus terjadi hingga kini,” kata Harsono.

“Mengenai penyiksaan sekali lagi ini bukan sesuatu yang baru.”

Laporan itu mengatakan angka kematian bayi di Papua Barat dalam beberapa kasus mendekati 12 kali lebih tinggi daripada di Jakarta.

Anak-anak Papua tidak memperoleh pendidikan yang layak karena pemerintah gagal merekrut guru, dalam beberapa kasus tentara telah mengambil alih posisi “dan kebanyakan mengajarkan anak-anak tentang nasionalisme Indonesia”.

Dikatakan bahwa mahasiswa Papua merasa sulit untuk mendapatkan akomodasi dengan tuan tanah yang tidak mau menyewakan kepada mereka sementara yang lainnya dikucilkan karena identitas ras mereka.

Pada bulan Maret, muncul sebuah video yang memperlihatkan tentara menyiksa Definus Kogoya saat ditahan. Ia bersama Alianus Murib dan Warinus Kogoya ditangkap pada bulan Februari karena diduga mencoba membakar sebuah klinik medis di Gome, provinsi Papua bagian dataran tinggi.

Menurut tentara Indonesia, Warinus Kogoya meninggal setelah diduga “melompat dari” kendaraan militer.

Presiden terpilih Prabowo Subianto akan mulai memerintah pada bulan Oktober.

Harsono mengatakan laporan itu diluncurkan pada hari Kamis karena hal itu.

“Kami ingin pemerintahan (Indonesia) yang baru ini memahami masalah dan memikirkan kebijakan baru, pendekatan baru, termasuk untuk menjawab ketidakadilan historis, ketidakadilan sosial, ketidakadilan ekonomi.”

Harsono mengatakan Subianto memiliki catatan hak asasi manusia yang buruk tetapi ia berharap orang-orang yang dekat dengannya akan melaporkan laporan tersebut.

Ia mengatakan presiden saat ini Joko Widodo telah berjanji saat ia berkuasa untuk mengizinkan jurnalis asing masuk ke Papua Barat dan membebaskan tahanan politik, tetapi hal itu tidak terwujud.

Saat ia berkuasa jumlah tahanan politik sekitar 100 dan sekarang sekitar 200, kata Harsono.

Ia mengatakan hanya sedikit orang di Indonesia yang menyadari diskriminasi yang dialami orang Papua Barat, sebagian besar hanya mengenal Papua Barat karena keindahan alamnya.

Sumber

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here