Ekspor Minyak Sawit Indonesia Diperkirakan Turun pada Tahun 2024 Akibat Meningkatnya Permintaan dan Penurunan Produksi

IndonesiaEkspor minyak sawit diperkirakan akan menurun pada tahun 2024 karena meningkatnya konsumsi domestik akibat tingginya biodiesel pencampuran mandat dan sedikit penurunan produksi, kata seorang pejabat industri kepada Reuters.

Penurunan produksi minyak tropis terbesar di dunia akan membatasi ekspor dan mendukung harga acuan orang Malaysia harga.

Ekspor negara itu bisa turun 2 juta metrik ton dari tahun lalu menjadi 30,2 juta ton pada 2024, Fadhil Hasan, kepala divisi perdagangan dan promosi di Gabungan Kelapa Sawit Indonesia mengatakan di sela-sela konferensi Globoil.

Ekspor Semester Pertama

Pada paruh pertama tahun ini, ekspor turun 7,6% dari tahun lalu menjadi 15,06 juta ton, katanya.

Produksi kemungkinan turun sebesar 1 juta ton menjadi 53,8 juta ton karena cuaca kering tahun lalu menurunkan hasil panen, katanya.

“Tahun ini tidak ada peningkatan produktivitas maupun perluasan lahan. Kami perkirakan tahun ini akan terjadi penurunan produksi sebesar 1 juta ton,” kata Hasan.

Peningkatan Biodiesel

Indonesia meningkatkan pangsa minyak kelapa sawit dicampur ke dalam biodiesel hingga 35% pada tahun 2023 dan menerapkannya secara nasional mulai 1 Agustus 2023.

Hal ini akan mengangkat konsumsi minyak sawit ke rekor 24,2 juta ton pada tahun 2024, naik dari 23,2 juta ton tahun lalu, katanya.

Kementerian energi negara itu mengatakan bulan lalu pihaknya berencana untuk meningkatkan pencampuran menjadi 40% pada Januari 2025, dalam upaya untuk mengurangi impor bahan bakar dan emisi dari bahan bakar fosil.

Meningkatnya konsumsi akan mengurangi surplus ekspor, yang membantu Jakarta mengumpulkan dana untuk melaksanakan program biodieselnya, kata Hasan.

“Pemerintah harus mempertimbangkan dengan saksama tren produksi dan ekspor sebelum meningkatkan mandat pencampuran. Ekspor menghasilkan pendapatan yang mendukung program biodiesel,” katanya.

Sumber