Hari Kedua di Indonesia: “Mimpi untuk dunia yang lebih bersaudara”

Oleh Linda Bordoni – Jakarta

Impian Paus Fransiskus untuk dunia yang lebih bersaudara merupakan inti pesannya kepada Indonesia – dan kepada dunia – pada hari Rabu, hari pertamanya di Indonesia.

Itulah pesan yang ia tulis di dalam instalasi tersebut – sebuah patung polihedron yang terbuat dari berbagai bahan, warna, dan kain yang dapat didaur ulang – yang dibuat oleh anak-anak muda Schola Occurentes di Jakarta. Kemudian, ia mendengarkan beberapa cerita mereka, memberi tahu mereka bahwa tidak apa-apa untuk tidak setuju dengan teman-teman dan berdiskusi, tetapi jangan pernah berperang. “Perang selalu merupakan kekalahan,” katanya, tanpa lelah mengulangi seruannya untuk persaudaraan di dunia yang hancur.

Mimpi untuk dunia yang lebih bersaudara

Sebelumnya, dalam pertemuannya di Katedral Jakarta dengan para uskup, pastor, diakon, kaum religius, seminaris, dan katekis, Paus Fransiskus meminta mereka untuk terus membuka hati bagi semua orang, termasuk mayoritas masyarakat Indonesia yang non-Kristen, dan untuk bekerja keras demi iman dan kerukunan.

Mereka yang paling ia ucapkan terima kasih atas karya dan misi mereka di negara yang beragam ini adalah para katekis. Merekalah, katanya, yang menggerakkan Gereja maju, merekalah yang menjadi jembatan antara berbagai macam orang di Indonesia: “Pertama para katekis, kemudian para suster, dan kemudian para imam dan uskup.” Para katekis, katanya lagi, “adalah kekuatan sejati Gereja!”

Dan tepat di awal hari, dalam Upacara Penyambutan resmi di Istana Kepresidenan, Paus Fransiskus menegakkan semboyan nasional Indonesia yaitu “Bersatu dalam Keberagaman” dan menyatakan penghargaan atas realitas multifaset bangsa ini yang terdiri dari berbagai bangsa yang bersatu kokoh dalam satu negara. Namun ia mengingatkan, “harmoni dalam keberagaman mengharuskan setiap orang untuk merangkul semangat persaudaraan dalam mencari kebaikan semua orang” dan ini berarti menemukan dan menjaga keseimbangan “antara keragaman budaya dan visi ideologis yang berbeda,” itu berarti memelihara cinta!

Sumber