Jakarta. Impor Indonesia dari China telah menurun karena Jakarta mempertimbangkan untuk mengenakan tarif 200 persen pada barang-barang China.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), impor nonmigas Indonesia dari Tiongkok mencapai $5,34 miliar pada Juni 2024, dibandingkan dengan barang Tiongkok senilai $6,05 miliar yang masuk ke Indonesia pada Mei. Angka terbaru menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor lebih banyak dari Tiongkok dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Impor Tiongkok mencapai $4,85 miliar pada Juni 2023.
BPS mengungkapkan bahwa Tiongkok menjadi sumber defisit terbesar Indonesia dalam perdagangan nonmigas bulan lalu, yakni sebesar $693,4 juta, diikuti oleh Australia ($331,1 juta) dan sesama anggota ASEAN, Thailand ($327,8 juta). Namun, data menunjukkan bahwa defisit Indonesia dengan Tiongkok pada bulan Juni telah menyusut dibandingkan bulan sebelumnya. Defisit tersebut mencapai $1,3 miliar pada bulan Mei, menurut data BPS.
“Defisit besar dengan China itu didorong oleh impor mesin, peralatan listrik, dan plastik,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia A Widyasanti dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.
Impor mesin China di Indonesia naik 5,22 persen pada bulan Juni dibandingkan bulan sebelumnya. Jakarta membeli lebih banyak peralatan listrik Beijing karena impornya naik 4,43 persen secara bulanan. Impor plastik dan barang plastik China juga mengalami peningkatan 40,87 persen dibandingkan angka Mei, ungkap Amalia.
Laporan badan statistik itu muncul pada saat kebijakan tarif yang direncanakan Indonesia menarik perhatian China.
Menteri Senior Luhut Binsar Pandjaitan telah mengklarifikasi bahwa kebijakan tersebut tidak menargetkan negara tertentu, terutama China. Meskipun kebijakan tersebut masih dalam tahap peninjauan, Indonesia sedang mempertimbangkan untuk mengenakan bea masuk yang tinggi pada tekstil, keramik, dan elektronik, antara lain. Industri tekstil Indonesia yang dilanda PHK telah berjuang untuk bersaing dengan impor China yang lebih murah. BPS menolak berkomentar tentang bagaimana kebijakan tersebut akan memengaruhi perdagangan bilateral setelah mulai berlaku, dengan mengatakan bahwa lembaga tersebut hanya bertanggung jawab untuk mencatat angka perdagangan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian baru-baru ini mengatakan negaranya mengetahui pernyataan Luhut. China mengatakan akan mengawasi masalah tersebut.
“Tiongkok akan mencermati kemungkinan tarif pengamanan yang mungkin dikenakan Indonesia pada produk-produk tertentu, dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi hak-hak dan kepentingan sah perusahaan-perusahaan Tiongkok,” kata Lin Jian kepada wartawan setempat minggu lalu.
Tag: Kata Kunci: