Indonesia Hadapi Tantangan dalam Transisi dari Batubara ke Energi Bersih – Laporan

Gambar representasional. Kredit: Canva

Laporan baru Ember yang dirilis menyoroti rintangan yang dihadapi Indonesia dalam transisi dari bahan bakar fosil, khususnya batu bara, ke sumber energi yang lebih bersih. Meskipun telah menetapkan target energi terbarukan yang ambisius, kemajuan negara ini berjalan lambat, sehingga menghambat upayanya untuk memerangi perubahan iklim.

growatt_di_bulan_april

Laporan tersebut mengungkap peningkatan signifikan dalam ketergantungan Indonesia pada batu bara untuk pembangkit listrik. Pembangkit listrik tenaga batu bara telah hampir menggandakan kapasitasnya dalam dekade terakhir, yang berkontribusi terhadap peningkatan tajam emisi gas rumah kaca. Meskipun pemerintah telah menetapkan sasaran untuk meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran energi, implementasi aktualnya belum mencapai target.

jinko

Tantangan dan peluang utama yang diidentifikasi dalam laporan:

  • Bahan bakar fosil yang dominan: Bahan bakar fosil, terutama batu bara, menyumbang 81% pembangkitan listrik di Indonesia.
  • Energi terbarukan yang tertinggal: Saat ini, sumber energi terbarukan hanya memiliki porsi kecil dalam bauran energi, dengan kontribusi tenaga surya dan angin kurang dari 1%. Hal ini merupakan peluang yang terlewatkan, karena Indonesia memiliki potensi besar untuk energi surya dan panas bumi.
  • Manfaat ekonomi energi bersih: Laporan tersebut menekankan potensi ekonomi dari transisi ke energi terbarukan. Beralih ke sumber energi yang lebih bersih dapat menciptakan peluang kerja yang besar, dengan perkiraan yang menunjukkan terciptanya hingga 96.000 lapangan kerja di wilayah penghasil batu bara. Selain itu, proyek energi terbarukan dapat menarik investasi miliaran dolar, sehingga meningkatkan perekonomian wilayah tersebut.
  • Kendala kebijakan dan perencanaan: Laporan ini menyoroti perlunya kebijakan dan insentif yang lebih kuat untuk mempercepat penerapan energi terbarukan. Penyederhanaan regulasi dan pemberian dukungan finansial untuk proyek energi terbarukan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kemajuan.

Menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dengan tujuan lingkungan:

Laporan tersebut mengakui pentingnya memastikan transisi yang adil bagi wilayah penghasil batu bara. Wilayah-wilayah ini sangat bergantung pada industri batu bara, dan peralihan ke energi bersih perlu dikelola dengan cermat untuk meminimalkan hilangnya lapangan kerja dan gangguan ekonomi. Laporan tersebut menunjukkan bahwa dengan mengalokasikan proyek energi terbarukan secara strategis di wilayah-wilayah ini, Indonesia dapat menciptakan peluang ekonomi baru sekaligus mengurangi ketergantungannya pada batu bara.

Pilihan energi Indonesia memiliki konsekuensi yang luas. Ketergantungan yang terus-menerus pada bahan bakar fosil tidak hanya akan menghambat tujuan iklimnya tetapi juga membatasi potensi ekonominya dalam jangka panjang. Merangkul energi bersih menghadirkan peluang unik untuk mengatasi perubahan iklim, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Ajakan untuk bertindak:

Laporan ini menjadi ajakan bagi para pembuat kebijakan, pelaku bisnis, dan masyarakat sipil untuk bekerja sama dalam mempercepat transisi energi bersih di Indonesia. Dengan menerapkan kebijakan yang efektif, mendorong inovasi, dan menarik investasi, Indonesia dapat menjamin masa depan yang bersih dan sejahtera.

Statistik Keterangan
Porsi bahan bakar fosil dalam pembangkitan listrik 81%
Pangsa energi surya dan angin dalam pembangkitan listrik Kurang dari 1%
Potensi penciptaan lapangan kerja dari energi terbarukan 96.000 pekerjaan
Potensi investasi yang tertarik pada proyek energi terbarukan $9,4 miliar USD
Penurunan faktor kapasitas pembangkit listrik tenaga batubara 49%
Targetkan penghentian penggunaan batu bara pada tahun 2030 5,2 GW
Ekspor batubara Indonesia pada tahun 2023 518 juta ton
Penurunan ekspor batu bara Indonesia dari tahun 2022 hingga 2023 26%

Laporan tersebut juga menyoroti bahwa Indonesia memiliki target untuk mencapai 44% energi terbarukan dalam bauran energi pada tahun 2030. Akan tetapi, faktor kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara saat ini hanya 49%, yang menunjukkan bahwa ada kebutuhan untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara dengan lebih cepat untuk mencapai target energi terbarukan. Laporan tersebut menunjukkan bahwa menghentikan kapasitas batu bara sebesar 5,2 GW pada tahun 2030 diperlukan untuk mencapai tujuan ini.

Ekspor batu bara Indonesia juga menurun sebesar 26% dari tahun 2022 hingga 2023, yang mengindikasikan adanya potensi peralihan dari batu bara. Tren ini, ditambah dengan meningkatnya adopsi energi terbarukan, dapat membantu Indonesia mencapai tujuan energi bersihnya.

Sumber