Saat Indonesia bersiap menyelenggarakan pemilihan kepala daerah pada bulan November, kemungkinan besar Indonesia akan kembali menghadapi tantangan memerangi terorisme di kotak suara. Menjelang pemilu nasional tahun 2024, 59 orang ditangkap dalam penggerebekan antiterorisme, dengan senapan serbu dan bahan kimia pembuat bom disita. Tujuh percobaan serangan teror digagalkan menjelang pemilu 2019
Saat otoritas Indonesia bersiap menghadapi ancaman selama operasi mendatang, satu area yang tetap menjadi perhatian adalah keamanan perbatasan Indonesia.
A laporan tahun 2020 mengungkap kekurangan dalam keamanan perbatasan Indonesia. Infrastruktur di pos pemeriksaan perbatasan tidak memenuhi standar, sehingga petugas imigrasi sering kali tidak memperoleh informasi terkini tentang orang-orang yang lewat, terutama di daerah terpencil. Penegakan hukum yang efektif memerlukan pemeriksaan biometrik tingkat lanjut dan daftar pantauan terbaru di pos pemeriksaan imigrasi untuk mendeteksi penjahat dalam daftar pencarian orang.
Sejak tahun 2010, Indonesia telah mengintegrasikan sistem imigrasi nasionalnya (dikenal sebagai SIMKIM) dengan sistem Manajemen Kontrol Perbatasan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional dan sistem 1-24/7 Interpol, yang mencakup izin visa dan tempat tinggal, larangan, pelacakan penumpang, aplikasi paspor, pusat penahanan, dan penegakan hukum.
Namun fakta bahwa pasukan tidak dapat menjangkau semua pos pemeriksaan secara konsisten membuat negara tersebut rentan, terutama jika masuknya teroris terpidana dan terduga teroris ke masyarakat terjadi tahun ini.
Pada bulan Mei, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Indonesia mengatakan bahwa usulan pemulangan Warga negara Indonesia yang merupakan pejuang teroris asing. Badan tersebut mengatakan sekitar 375 warga negara Indonesia masih ditahan di kamp-kamp Suriah setelah berupaya bergabung dengan ISIS, dan berharap dapat membawa mereka kembali ke Indonesia untuk “menderadikalisasi mereka.” Namun, membawa kembali terduga teroris dan simpatisan teroris ke Indonesia berisiko memperburuk ancaman keamanan yang sudah meningkat menjelang pemilu.
Keamanan imigrasi Indonesia kurang. Kerentanan ini tidak akan luput dari perhatian calon teroris, baik yang sudah bersembunyi di Indonesia maupun yang datang dari tempat lain untuk melakukan serangan.
Risiko yang Meningkat
Penelitian yang mengkaji riwayat perjalanan 40 orang yang ditangkap dan dideportasi dari Indonesia antara tahun 2016 dan 2020 karena masalah terkait teror pola yang terungkap: teroris cenderung mengambil tindakan untuk menyembunyikan pergerakan mereka, menargetkan pos pemeriksaan utama yang dianggap lebih mudah untuk dilewati.
Pada akhir tahun 2022, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) saat itu Boy Rafli Amar melaporkan bahwa 1.408 warga negara Indonesia diidentifikasi sebagai pejuang teroris asing, dengan 545 di antaranya berada di zona konflik seperti Suriah, Irak, Afghanistan, dan Filipina selatan. Dari jumlah tersebut, 174 telah kembali ke Indonesia. 556 lainnya telah dideportasi sebelum mencapai hijrah tujuan.
Ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok teroris di Asia Tenggara masih ada, meskipun popularitas organisasi besar seperti ISIS mulai memudar. Lima tahun setelah kematian pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadikelompok ini terus memberikan pengaruhnya di wilayah tersebut melalui pendukung dan simpatisan yang bermarkas di wilayah tersebut. Basis ISIS di Asia Timur, khususnya, masih diperkuat oleh para pengikut kelompok teroris Indonesia Jamaah Ansharut Daulah, yang berjanji setia kepada ISIS pada tahun 2014ISIS telah meninggalkan jejak di berbagai benua pada tahun 2024, dengan mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Rusia Dan Bahasa Indonesia:yang menewaskan ratusan orang.
Pada tanggal 31 Juli, Polisi Indonesia tangkap tiga tersangka terorisSatu orang, yang dikatakan berafiliasi dengan ISIS, telah merencanakan serangan bom bunuh diri di tempat ibadah.
Sebuah Catatan Optimisme
Pemerintah Indonesia sebelumnya telah berhasil mencegah anggota dan simpatisan teroris menyeberangi perbatasan. Pada tahun 2019, terduga teroris Hari Kuncoro ditangkap di Bandara Internasional Soekarno Hatta saat hendak berangkat ke Suriah melalui Iran yang diyakini sebagai titik transit.
Selain menargetkan pos pemeriksaan tertentu, teroris terbukti mahir memanipulasi sistem untuk masuk ke negara lain sebelum melakukan upaya. Cici, seorang wanita yang terkait dengan pengeboman gereja Jolo tahun 2019, yang diduga merencanakan bom bunuh dirimenempuh rute yang berliku-liku ke Jolo. Menurut pihak berwenang di Filipina, ia melakukan perjalanan melalui laut ke Mindanao di Filipina — yang dikenal sebagai titik transit teroris — lalu tinggal di pulau itu selama beberapa hari sebelum berangkat ke Jolo dengan perahu pompa.
Dalam kasus lain, tersangka memanfaatkan visa turis dan izin tinggal untuk masuk ke negara lain. Salah satu orang yang dideportasi, Arpiet Mahfuz, menggunakan izin tinggalyang memungkinkannya tinggal di Turki hingga enam bulan, untuk menghindari deteksi. Arpiet membeli sebuah apartemen di Istanbul dan bepergian antara Indonesia dan Turki tanpa terdeteksi, di mana ia kemudian mencoba bergabung dengan ISIS.
Kerjasama Regional Adalah Kuncinya
Di Singapura, sebuah masyarakat yang sangat terhubung secara digital, kaum muda telah menjadi target dan diradikalisasi secara daringMalaysia dan Filipina mengalami serangan teror yang menewaskan dua polisi Johor dan mengebom sebuah pusat kebugaran di Universitas Negeri Mindanao pada bulan Oktober 2023. Filipina tetap menjadi tujuan untuk pejuang teroris asing dari Indonesia dan Malaysia.
Pemerintah Indonesia telah menggunakan banyak perangkat kebijakan untuk mengelola mobilitas teroris sebelum dan sesudah pandemi. Kepolisian nasional menggunakan undang-undang yang dirancang sebagai tindakan pencegahan untuk menahan orang yang mereka curigai akan melakukan serangan teroris. Antara tahun 2021-2023 610 orang ditangkap, 39 persen di antaranya diduga dari Jamaah Ansharut Daulah dan kelompok pro-negara Islam lainnya.
Kerja sama bilateral dan multilateral Indonesia dalam penanggulangan terorisme juga semakin intensif. Setidaknya ada 12 negara yang bermitra dengan Indonesia untuk memerangi kejahatan transnasional, termasuk Turki dan India. Indonesia juga memiliki hubungan dengan Singapura, Malaysia, dan Australia yang mencakup kerja sama keamanan.
Indonesia memulai ASEAN Mata Kita pertemuan untuk memfasilitasi pembagian informasi mengenai terorisme di kawasan di antara lembaga pertahanan.
Peningkatan teknologi di perbatasan merupakan salah satu langkah untuk menjaga Indonesia, namun deradikalisasi dan pengawasan yang berkelanjutan memerlukan upaya bersama dari negara.
Indonesia telah terbukti efektif menghentikan serangan menjelang pemilu, tetapi mungkin menghadapi ujian berat pada tahun 2024 untuk menghindari tragedi.
Awalnya diterbitkan di bawah Hak Cipta Creative Commons oleh informasi 360™.