SEOUL, 10 Oktober (AJP) – Indonesia mempertahankan pendiriannya terhadap masuknya platform e-commerce Tiongkok Temu ke pasarnya, dengan alasan kekhawatiran akan potensi kerugian bagi usaha kecil dan menengah (UKM) lokal. Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi baru-baru ini menekankan bahwa model bisnis Temu dapat merugikan lanskap perekonomian Indonesia, terutama berdampak pada usaha kecil.
Pemerintah Indonesia telah menolak upaya Temu untuk mendaftar di negara tersebut sejak September 2022, dengan para pejabat berpendapat bahwa model platform langsung ke konsumen yang berasal dari pabrik Tiongkok bertentangan dengan peraturan perdagangan lokal yang mengharuskan adanya perantara. Pihak berwenang khawatir bahwa pendekatan ini akan memungkinkan perusahaan asing melemahkan bisnis dalam negeri dengan mempertahankan harga rendah secara artifisial.
Langkah ini mengikuti pembatasan sebelumnya di Indonesia terhadap TikTok Shop, yang secara efektif ditutup tahun lalu untuk melindungi sektor e-commerce lokal. TikTok kemudian menginvestasikan $1,5 miliar di perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia, Tokopedia, untuk melanjutkan operasi belanja online di negara tersebut.
Meskipun Temu telah berhasil berekspansi ke pasar Asia Tenggara lainnya seperti Filipina, Malaysia, dan Thailand, Indonesia tetap teguh dalam sikap proteksionisnya. Pemerintah menegaskan bahwa ruang online harus diisi oleh entitas yang membuat masyarakat lebih produktif dan menguntungkan, dibandingkan entitas yang berpotensi merugikan UKM lokal.
