Indonesia menandai hari kemerdekaannya yang ke 79 dengan upacara pengibaran bendera di dalamnya modal masa depan yang belum selesai kota, Nusantara, pada hari Sabtu.
Terletak di bagian timur Kalimantan, kota baru yang akan datang ini disebut-sebut sebagai kota alternatif yang ramah lingkungan dan berteknologi tinggi padat penduduk, tenggelamnya Jakarta.
Presiden Joko Widodo alias Jokowi memimpin upacara bersama Presiden terpilih Prabowo Subianto.
Subianto akan mulai menjabat pada bulan Oktober.
Upacara pengibaran bendera dilakukan di Istana Kepresidenan yang baru, dengan latar belakang derek dan konstruksi. Acara tersebut mencakup doa dan parade militer, namun tidak ada pidato dari Presiden yang akan segera mengakhiri masa jabatannya.
Widodo sebelumnya mengatakan bahwa 8.000 tamu akan diundang, namun jumlahnya kemudian dikurangi menjadi 1.300 karena kurangnya infrastruktur yang memadai.
Sementara itu, Wakil Presiden Maruf Amin dan calon penggantinya Gibran Rakabuming Raka mengadakan upacara di ibu kota Indonesia saat ini, Jakarta.
Nusantara yang Kontroversial
Meskipun gedung-gedung pemerintah hampir selesai, sebagian besar proyek penting masih belum selesai atau bahkan belum dimulai.
Ini adalah proyek andalan Presiden Joko Widodo, yang masa kepemimpinannya di negara berpenduduk terbesar keempat di dunia ini ditentukan oleh proyek-proyek infrastruktur besar. Nusantara sejauh ini merupakan negara yang paling ambisius dan kontroversial.
Proyek senilai $35 miliar (€31,7 miliar) sejauh ini menghadapi beberapa penundaan, masalah pembebasan lahan, dan kesulitan untuk meningkatkan investasi swasta yang diperkirakan akan mendanai 80% proyek tersebut.
Selain itu, para pemerhati lingkungan telah memperingatkan dan mengkritik pembangunan kota metropolitan di salah satu hutan hujan terbesar di dunia yang menjadi rumah bagi orangutan, monyet berhidung panjang, macan dahan, dan spesies lainnya.
mk/sri (dpa, AFP)