Indonesia mengusulkan anggaran pertahanan Rp165 triliun untuk tahun 2025

Belanja pengadaan pertahanan Indonesia diperkirakan oleh Janes akan tumbuh signifikan pada tahun 2025. (Janes)

Indonesia telah mengusulkan anggaran pertahanan tahun 2025 sebesar Rp165,2 triliun (USD10,6 miliar). Dokumen anggaran yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan pada tanggal 16 Agustus menunjukkan bahwa anggaran baru tersebut akan berjumlah hampir 6% penurunan dari pengeluaran pertahanan final yang diharapkan pada tahun 2024 sebesar Rp175,1 triliun. Namun, pengeluaran final untuk tahun 2024 ini menandai peningkatan yang signifikan dari alokasi awal untuk tahun tersebut.

Dokumen tersebut menyatakan bahwa “hasil strategis” dari anggaran pertahanan tahun 2025, yang mencakup sekitar 6% dari total pengeluaran pemerintah tahun tersebut, meliputi pengadaan dan dukungan militer, kesejahteraan prajurit, dan penguatan fasilitas pertahanan khususnya di sepanjang perbatasan laut dan darat.

Anggaran pertahanan untuk tahun 2025 mencakup Rp80,4 triliun untuk 'dukungan manajemen' termasuk operasi, Rp10 triliun untuk kesejahteraan prajurit, Rp69 triliun untuk pengadaan militer, dan Rp1,6 triliun untuk penelitian, pengembangan, dan industri pertahanan.

Dokumen tersebut menyatakan bahwa pengadaan pertahanan akan dibingkai oleh “pemenuhan program Kekuatan Pokok Minimum (MEF)” Indonesia. Program MEF dimulai pada tahun 2010 dan awalnya dijadwalkan berakhir pada tahun 2024.

Tahap-tahap awal program difokuskan terutama pada penanggulangan pemberontakan lokal yang telah berlangsung lama di negara tersebut. Tahap saat ini, yang dimulai pada tahun 2020, dimaksudkan untuk mengalihkan penekanan ke arah postur pertahanan bercabang dua: terus memperkuat keamanan dalam negeri dan memperkuat pertahanan teritorial eksternal.

Namun, kendala pendanaan telah memengaruhi tahap MEF sebelumnya yang mungkin mencerminkan persyaratan yang diuraikan dalam dokumen anggaran untuk melanjutkan proyek.

Kendala pendanaan juga berdampak pada salah satu program Indonesia yang paling menonjol: kerja samanya dengan Korea Selatan dalam pengembangan pesawat tempur KF-21. Pada tanggal 16 Agustus, Korea Selatan mengumumkan bahwa Jakarta telah mengurangi komitmen pendanaannya untuk program tersebut, dari USD1,1 miliar menjadi USD450 juta.

Ingin membaca artikel selengkapnya?

Dapatkan akses tak terbatas ke berita Janes dan banyak lagi…

Sumber