JAKARTA (Xinhua): Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar US$2,39 miliar pada bulan Juni, menandai surplus ke-50 bulan berturut-turut, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pada hari Senin.
“Surplus ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$2,92 miliar,” kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers.
Nilai ekspor mencapai 20,84 miliar dolar bulan lalu, turun 6,65 persen dibandingkan Mei, tetapi naik 1,17 persen dibandingkan Juni 2023.
Secara umum, komoditas ekspor mengalami penurunan pada bulan Juni, terutama logam mulia dan perhiasan yang terkontraksi hingga 45,76 persen. Sebaliknya, komoditas ekspor yang mengalami peningkatan adalah lemak dan minyak hewani dan nabati yang naik hingga 68,06 persen.
Di sisi lain, negara ini mencatat impor senilai US$18,45 miliar, turun 4,89 persen dibanding Mei tetapi naik 7,58 persen dibanding bulan yang sama tahun lalu.
Penurunan impor paling signifikan terjadi pada mesin dan peralatan mekanik serta bagiannya, sebesar 9,63 persen, sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis, sebesar 64,69 persen.
Sepanjang Januari hingga Juni 2024, Tiongkok menjadi negara pengimpor utama komoditas nonmigas Indonesia yang mencapai US$32,45 miliar (35,41 persen), disusul Jepang sebesar US$6,47 miliar (7,06 persen), dan Thailand sebesar US$4,87 miliar (5,31 persen). Data BPS menunjukkan. – Xinhua